8 Kisah Menyusui dari Selebriti Dunia


Banyak selebriti perempuan yang menjadi role model bagi kegiatan menyusui. Mereka, meski punya kesibukan atau mengalami banyak hal unik, mengupayakan menyusui bagi anak-anaknya. Bagaimanapun juga, mereka teaplah seorang ibu.

Berikut adalah kutipan dari tvguide.com tentang kisah 8 selebriti yang tetap menyusui:

1. "Berbagi ASI" Salma Hayek
Artis yang kerap tampil seksi itu menyusui seorang bayi laki-laki kekurangan gizi yang berulang tahun sama dengan putrinya, Valentina, saat menjalani misi kemanusiaan di Sierra Leone. Menurut dia, suatu saat putrinya akan bangga telah berbagi ASI dengan anak lain. Dia berharap, putrinya akan tumbuh dengan hati yang dermawan dan peduli pada sesama.
 
2. "Seni Memompa" Elisabeth Hasselbeck di acara Sherri Shepherd
Setelah melahirkan anak keduanya, Hasselbeck dengan penuh semangat mendemonstrasikan efek pompa dada. Hasselbeck menjelaskan bagaimana payudara wanita ketika pompa digunakan untuk menyedot air susu ibu (ASI). Ia sendiri menggunakan pompa untuk tetap menyediakan stok ASI bagi putra-puterinya. Saking susahnya menjelaskan, ia harus mempraktekkannya dengan alat peraga seadanya.
 
3. "Bakat Terpendam" Kate Beckinsale
Artis cantik asal Inggris menyombongkan satu dari sekian "bakat tak berguna," yakni menyemburkan susu dengan waktu terlama. Mengenang peristiwa yang sudah berlangsung lama pada putrinya, Lily (saat ini sudah berusia 9 tahun), Beckinsale bercerita bahwa dirinya senang bisa memberi banyak ASI pada puterinya. Saking besarnya produksi ASI miliknya, ia bilang semprotannya bisa mencapai tembok dalam jarak tertentu.
 
4. "Golden Globe" Mary-Louise Parker
Delapan belas hari setelah melahirkan putranya, Mary-Louise Parker melenggang di atas panggung Beverly Hilton untuk menerima piala Golden Globe untuk penampilannya di Angels in America.
Saat itu dia berujar, "Janel Moloney mengatakan kepada saya, akan membayar US$ 1.000 jika saya berterima kasih pada anak saya yang baru lahir, yang telah membuat dada saya terlihat cantik di gaun ini."
 
5. "Berat Sebelah" Gwen Stefani
Salah merawat payudara bukan satu-satunya penyebab payudara berbentuk aneh. Jika anak Anda tidak lapar, Anda dapat merasakan payudara yang tidak seimbang selama satu jam. Stefani merasa benar-benar berat sebelah saat putranya, Kingston, hanya menyusu sedikit dari payudaranya.
 
6. "Lobotomi Laktosa" Naomi Watts
Meski menjadi ibu baru sangat melelahkan, Watts masih sempat berhitung saat  menyusui, dan menemkan istilah baru. "Saya sibuk menyusui seharian. Saya merasa akan kehilangan hampir 75 persen dari kekuatan otak, terbagi dua dan terbagi dua lagi," katanya. Baginya, itu tidak sekadar kehilangan waktu tidur. "Ini adalah menyusui dan saya menamakannya lobotomi laktosa," ujar Watts. Lobotomi adalah prosedur operasi otak yang "me-reset" memori pada kondisi yang lampau.
 
7. "Menyusui Dalam W" Angelina Jolie
Majalah W pada November 2008 mengambil tema, seni oleh Brad Pitt. Dalam sampul majalah tersebut, terlihat Jolie dalam warna hitam putih sedang menyusui salah satu dari anak kembarnya. Sekilas, Anda tidak akan memperhatikan jemari kecil sang bayi yang menempel di salah satu payudara Jolie. Foto karya Brad Pitt itu terlihat natural, damai, dan rileks, seolah meneguhkan: Angie terlihat cantik melakukan apa pun.

8. "Payudara Bocor" Kendra Wilkinson
Seperti Kardashian, Kendra Wilkinson ingin menyusui meski melakukan implan payudara. Berbeda dengan Kardashian, dia tidak menanyakan pada dokternya terlebih dahulu tetapi menemukan fakta sendiri. Ia sempat panik, takut tak bisa menyusui seperti ibu lainnya. Suatu hari, dia bisa mengeluarkan cairan yang dikiranya susu. Tapi, dokter yang ditanya mengatakan, itu bukan susu, setidaknya belum menjadi susu. “Itu kolostrum.”

Foto dari berbagai sumber di internet.

Tempo: Pekan ASI Sedunia, Pembatasan Susu Formula


Sumber: www.tempo.co

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat dunia memperingati Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week) yang dipringati setiap tahun pada 1-7 Agustus. Pada peringatan yang ke-20 tahun ini, tema global yang diangkat adalah Understanding the Past, Planning for the Future. Bagaimanakah situasi pemberian ASI di Indonesia?

“Keadaannya belum cukup menggembirakan,” kata Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan, Minarto, saat seminar menyambut Pekan ASI Sedunia di kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Matraman, Jakarta.

Pembicara lain dalam kegiatan tersebut antara lain dokter spesialis anak dari RSCM Rosalina Dewi Roeslani.

Menurut Minarto, salah satu penyebab masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif adalah hebatnya promosi yang dilakukan produsen susu formula. “Pemasaran susu formula belum tertib dan melibatkan petugas maupun institusi kesehatan,” kata Minarto.

Praktek produsen atau distributor yang bekerja sama dengan bidan atau rumah sakit dalam melakukan promosi susu formula selama ini adalah hal yang umum terjadi. Sepulangnya dari rumah sakit atau bidan, si ibu diberi tas dengan logo dan berisi susu dengan merek tertentu. Untuk itu baru-baru ini pemerintah telah membatasi aktivitas promosi susu formula melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif.

PP tersebut diundangkan pemerintah sejak Maret lalu melalui proses yang tidak mudah. Saat temu media untuk mensosialisasikan PP tersebut pada Juni lalu, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Slamet Riyadi Yuwono, bahkan mengatakan ada penentangan dari pihak produsen susu formula. “Prosesnya tidak mudah karena berhadapan dengan produsen susu formula yang sangat keras mencoba berbagai cara untuk mencegah lahirnya PP tentang ASI ini," kata Slamet saat itu.

Sejumlah larangan promosi susu formula diatur dalam peraturan pemerintah ini. Larangan itu antara lain produsen/distributor dilarang memberikan produk secara cuma-cuma, menawarkan produk langsung ke rumah-rumah, memberikan diskon atau bonus atas pembelian, menggunakan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang susu formula bayi, serta mengiklankan susu formula bayi, kecuali pada media cetak khusus tentang kesehatan dengan izin dari menteri.

Slamet menegaskan, hadirnya PP ASI Eksklusif ini adalah untuk memberikan jaminan atas hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan pertama, kecuali atas indikasi medis. Selama masa itu, bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi makanan tambahan lain. “ASI adalah makanan terbaik yang dianugerahkan Tuhan. Bohong kalau ada produsen susu formula yang bilang produknya bisa menjadi pengganti ASI,” kata Slamet.

Menurut dokter spesialis anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Rosalina Dewi Roeslani, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. ASI mampu menurunkan angka kematian pada bayi, menurunkan risiko terjadinya Otitis Media Akut (OMA), dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). “Pemberian ASI eksklusif juga meningkatkan kecerdasan bayi, menurunkan insidensi obesitas, dan sejumlah keunggulan lainnya,” kata Rosalina.

Pentingnya dukungan pemberian ASI eksklusif bagi bayi seakan menjadi nyata dengan situasi gizi balita di Indonesia. Berdasarkan data Bappenas tentang pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2010, cuma 31 persen bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif. Tak heran bila status gizi balita di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, terdapat 17,9 persen balita Indonesia yang mengalami gizi kurang; 35,6 persen balita pendek (stunting); serta 13,3 persen balita kurus; dan 14,2 persen balita menderita kegemukan.