Ibu Negara Serukan Inisiasi Menyusui Dini


KESRA--28 AGUSTUS: Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, di Jakarta, menyerukan agar semua pihak memenuhi hak bayi untuk disusui pertama kali oleh ibunya sebelum satu jam pertama sejak kelahiran.

Siaran pers UNICEF yang diterima Antara, Senin, dalam diskusi bersama para penggiat organisasi wanita, dokter, bidan, pimpinan rumah sakit, serta instansi pemerintah terkait, Ibu Negara membahas pentingnya inisiasi menyusui dini. Program yang digagas oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Prof. Meutia Hatta Swasono, itu sekaligus menandai satu tahun Ibu Negara menjadi Duta ASI Nasional dan puncak Bulan ASI di Indonesia.

Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.

Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah "Pediatrics", 22 persen kematian bayi yang baru lahir - yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama - dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran.

Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program "Inisiasi Menyusui Dini" dapat menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran.

Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya. Itu pula sebabnya Inisiasi Menyusui Dini tahun ini menjadi tema "Pekan ASI se-Dunia", sesuai dengan ketetapan yang dikeluarkan oleh Asosiasi ASI Dunia (WABA).

Sayangnya, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 hanya ada empat persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya. Ibu Negara mengimbau semua petugas kesehatan yang terlibat dalam persalinan, termasuk dokter, suster, dan bidan, agar membantu ibu-ibu melaksanakan Inisiasi Menyusui Dinia segera setelah melahirkan.

Sejak tahun 2006 lalu Departemen Kesehatan bersama UNICEF melatih tenaga kesehatan dan kader masyarakat tentang konseling menyusui dengan tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif yang dapat mengurangi masalah kurang gizi serta kematian balita di Indonesia. Menurut Kepala Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Dr. Gianfranco Rotigliano, peningkatan pemberian ASI eksklusif kepada bayi-bayi Indonesia akan mengurangi masalah gizi dan kesehatan balita.

ASI bukan cuma sumber gizi terbaik, tetapi dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan-bulan pertama yang rawan, tambahnya. Data UNICEF menyebutkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi di seluruh dunia tiap tahun.

Namun, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, hanya delapan persen bayi Indonesia yang mendapat ASI eksklusif enam bulan sedangkan pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. (rol/broto)

Update (05/02/08): Beberapa Artis pemberi ASI bahkan mendapat penghargaan dari Pemerintah. Lihat beritanya disini.

Kode Etik Internasional untuk Promosi Susu Formula

flickr.com

Yang telah diterjemahkan secara bebas dari versi WHO 1981.

Kode etik ini berupaya mendukung dan melindungi kegiatan Ibu menyusui, dengan mengatur praktek penjualan produk-produk yang termasuk dalam kategori 'artificial feeding' (asupan selain ASI-pen).

Kode etik ini berlaku untuk: Susu buatan untuk bayi; Produk-produk yang digunakan untuk memberi asupan kepada bayi, terutama produk yang digunakan dengan botol susu atau untuk bayi berumur di bawah 6 bulan. Kode etik ini juga berlaku untuk produk botol susu atau dot bayi/empeng.

Berikut adalah 10 poin penting dari Kode Etik tersebut:

  1. Tidak boleh ada IKLAN dari semua produk dalam kategori di atas, yang ditujukan untuk publik.
  2. Tidak boleh ada CONTOH GRATIS untuk Ibu-ibu.
  3. Tidak boleh ada MEDIA PROMOSI (penempatan media) di lokasi fasilitas kesehatan, termasuk pembagian contoh gratis atau contoh yang dimurahkan.
  4. Tidak boleh ada PETUGAS PENJUALAN (sales representatif) dari perusahaan yang menjadi/memberi konsultansi kepada Ibu-ibu.
  5. Tidak boleh ada PEMBAGIAN contoh produk gratis kepada petugas kesehatan.
  6. Tidak boleh ada kata-kata (SLOGAN) atau GAMBAR yang menunjukkan bahwa asupan non-ASI itu lebih baik, atau gambar bayi (yang sehat) pada label kemasan produk susu.
  7. Informasi yang diberikan kepada petugas kesehatan HANYALAH yang bersifat scientific/ilmiah dan faktual.
  8. Semua informasi tentang asupan non-ASI, termasuk pada label kemasan produk, HARUS mencantumkan MANFAAT ASI, dan risiko serta BAHAYA yang berkaitan dengan penggunaan asupan non-ASI.
  9. Produk yang belum saatnya diberikan kepada bayi, seperti pemanis yang padat, TIDAK BOLEH DIPROMOSIKAN kepada bayi (orang tua-keluarga dengan bayi).
  10. Untuk menghindari benturan kepentingan, para profesional di bidang kesehatan yang bekerja untuk bayi dan anak-anak, TIDAK BOLEH MENERIMA DUKUNGAN KEUANGAN dari produsen makanan bayi/anak.

Sumber: http://www.ibfan.org/english/resource/ibfo/issue3/internationalcode.html [broken link]


Para produsen dan distributor DIWAJIBKAN mematuhi kode etik ini, meskipun pemerintah yang bersangkutan belum mengadopsi Kode Etik ini. Sebenarnya banyak dokumen lain yang berkaitan, di web IBFAN, tetapi tidak semuanya dapat diakses secara online dan gratis.

Dokumen berbahasa Inggris berupa resume tanya-jawab (FAQ) dan sudah diperbarui pada tahun 2009 dapat Anda lihat dari sini International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes. Dokumen lain ada di sini: IBFAN Code 2008. Sedangkan dokumen lama, tertanggal tahun 1981 dari WHO dapat Anda lihat di sini: International Code of Marketing of Breast-Milk Substitutes 1981.

Hak ASI Bagi Bayi



Oleh: dr. Rusmawati, M.Kes, SpA*



Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling cocok bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Untuk bayi hingga usia enam bulan, ASI sudah mencukupi kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan antibodi yang tidak dimiliki susu formula merk apapun.

Kaitannya dengan ASI dalam mencegah datangnya berbagai penyakit, ASI memiliki antibodi yang berguna untuk membentengi bayi dari berbagai penyakit, contohnya diare akut, diare kronik, Necrotinng enterocolitic (NEC), infeksi saluran nafas, dan alergi di masa mendatang seperti asma dan dermatitis. Oleh karenanya bayi yang mengkonsumsi ASI lebih bagus ketahanan tubuhnya dibanding bayi yang menggunakan susu formula. Bayi yang mendapat susu formula sudah dikenalkan dengan protein asing sehingga jika terjadi ketidakcocokan akan menimbulkan alergi. Selain itu cara penyajian susu formula yang tidak benar juga mengandung resiko masuknya kuman yang berakibat pada sakitnya si bayi.

ASI sudah dianjurkan oleh Allah SWT lewat firman-Nya, “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui sempurna…” (Qs.Al Baqarah : 233). Tetapi walaupun begitu masih banyak ibu yang tidak memahami makna yang terkandung di dalamnya, sehingga pemberian ASI pada bayi kadangkala diabaikan.

Menurut penelitian, rata-rata ibu menyusui menggunakan ASI ekslusif hanya dalam waktu 20 hari saja, jarang sekali yang sampai enam bulan sesuai anjuran WHO dan pemerintah. Program untuk mengkampanyekan urgensi ASI ini salah satunya adalah Inisiasi Menyusui Dini, yaitu bayi yang baru lahir yang tidak ada kontra indikasi atau bayi yang sehat akan disusukan sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 30 – 60 menit. Hal ini merupakan periodisasi emas bagi kehidupan bayi. Bayi yang baru lahir tersebut tidak langsung ditimbang, tetapi dikeringkan kemudian ditempelkan ke perut ibunya untuk segera disusui dan didekap dengan hangat sehingga bayi dapat mencari sendiri puting ibunya untuk segera menghisap payudara ibunya. Walaupun kadang – kadang payudara itu tidak langsung mengeluarkan air susunya pada hari pertama kelahiran, tetapi hisapan bayi akan mempercepat produksi ASI, hisapan bayi itu juga akan membuat rahim berkontraksi sehingga mengurangi anemia dan pendarahan pada saat sesudah kelahiran.

Efek kasih sayang ASI pun jelas lebih baik, karena memperdekat rasa kasih sayang antara ibu dan bayi karena ia lebih tenteram berada disamping ibunya. Bayi akan langsung merasakan sentuhan halus kulit dan juga merasakan aroma khas ibunya. Dari sini otak dan sistem saraf bayi akan lebih berkembang dengan optimal.

Kita sangat menyayangkan jika doketr atau Rumah Sakit masih menghiasi ruangannya dengan susu formula, padahal itu sesuatu yang bertentangan dengan kampanye sadar ASI bagi ibu menyusui. Dan sesungguhnya ini merupakan penzhaliman terhadap hak bayi. Pemerintah dalam hal ini juga harus banyak memberikan promosi lewat media, Rumah Sakit dan Puskesmas agar para ibu menyadari betapa dasyatnya peran ASI bagi tumbuh kembang anak. Untuk para praktisi kesehatan juga harus memberikan pengertian pada si ibu sejak proses kehamilan.

Bagi ibu pekerja, harus dipahami sebetulnya ASI bisa disimpan. Caranya ASI diperas kemudian disimpan di kulkas yang bisa tahan 2 hari atau di freezer yang tahan hingga 2 bulan. Sehingga ketika bekerja, ibu tidak mengorbankan anaknya dengan mengkonsumsi susu formula. Selain itu di tempat-tempat kerja, seperti perusahaan swasta harusnya menyediakan fasilitas pojok laktasi untuk bayi yang menyusui sehingga ibu-ibu pekerja ada kesempatan untuk menyusui bayinya.***


Penulis adalah Penanggung Jawab PICU (Pediatric Intensive Care Unit) – NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RS PKU Muhammadiyah Solo

ASI tak Tergantikan Susu Formula

Photo: Courtesy of Children's Hospital, Islamabad, Pakistan.


Jakarta, Kompas (12/08/2000). Meski banyak susu formula dibuat dengan komponen semirip mungkin dengan air susu ibu (ASI), ASI tetap tak tergantikan. Antibodi untuk kekebalan tubuh dan pelbagai enzim yang terkandung dalam ASI untuk membantu penyerapan seluruh zat gizi belum bisa ditiru pada susu formula. Hal itu ditekankan Direktur Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI RS St Carolus dr Utami Rusli SpA MBA dalam percakapan dengan Kompas, Jumat (11/8).

Menurut Utami, komponen dalam ASI sangat spesifik, disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung antibodi (zat kekebalan tubuh) yang merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir.

"Ibu yang sakit tetap bisa menyusui anak, karena dalam ASI terkandung antibodi untuk melawan penyakit yang bersangkutan. Yang tidak dianjurkan menyusui hanya ibu HIV positif," ujar Utami.

ASI juga meningkatkan IQ anak. "Penelitian di Eropa menunjukkan, anak-anak usia 9,5 tahun yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ 12,9 poin lebih tinggi daripada anak seusia yang tidak mendapat ASI eksklusif," tutur Utami.

Zat serupa dalam ASI yang penting untuk perkembangan otak, DHA (docosa hexanoic acid) dan AA (arachidonic acid), kini dicampurkan ke susu formula. Namun, zat itu belum tentu bisa diserap tubuh bayi.

"ASI selain mengandung zat-zat itu juga dilengkapi dengan enzim untuk menyerap, yaitu lipase. Hal ini belum bisa ditiru susu formula, karena enzim rusak jika dipanaskan," tuturnya.

Peran lain dari ASI yaitu soal EQ (kemampuan sosialisasi) anak. Kedekatan dengan ibu waktu mendapat ASI, membuat anak merasa aman dan disayang, rupanya berpengaruh dalam perkembangan emosi anak. Para ahli yang concern terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak bersama Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana PBB untuk Anak (Unicef) pada tahun 1990 di Innocenti, Italia, mendeklarasikan ASI sebagai makanan tunggal yang mampu memenuhi kebutuhan manusia untuk tumbuh selama enam bulan pertama kehidupannya.

Belum benar

Meski banyak ibu di Indonesia menyusui, demikian Utami, tidak semua melakukan dengan benar. Ada yang memberi makanan padat atau menyelingi dengan susu formula sebelum bayi berusia empat atau enam bulan.

Manfaat ASI itu sejak beberapa tahun ini dicoba untuk dikampanyekan di Indonesia. "Antara lain lewat program Rumah Sakit Sayang Ibu, Rumah Sakit Sayang Bayi, Tempat Kerja Bersahabat bagi Ibu. Sebagai anggota World Alliance Breastfeeding Action setiap tanggal 1-7 Agustus dilakukan kegiatan Pekan ASI Sedunia," demikian Utami.

Tahun ini temanya "Menyusui Adalah Hak Asasi". Hak asasi bagi ibu untuk memberi ASI dan hak asasi bagi bayi untuk mendapat zat gizi terbaik. Berkaitan dengan itu lingkungan tempat kerja didorong untuk menyediakan Pojok ASI serta kemudahan ibu untuk memberi ASI eksklusif, peningkatan peranserta bapak, serta penyuluhan tentang ASI dan manajemen laktasi. Sementara pemerintah didorong membatasi promosi susu formula.

Menurut Evy Douren dari Koalisi Perempuan Indonesia yang ikut bergiat dalam Pekan ASI, Pojok ASI adalah ruang yang nyaman dan privat bagi ibu untuk mengeluarkan ASI selama bekerja. ASI itu kemudian disimpan dalam botol dan dimasukkan dalam lemari es atau termos untuk diberikan pada bayi. "Selama ini para ibu mengeluarkan ASI di toilet. Ini kan menyedihkan," ujarnya.

Sementara itu Asisten Deputi II Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP) dr Lenggang Kencana menuturkan, sejak tahun lalu Kantor Menneg PP minta Departemen Tenaga Kerja untuk memasukkan penyediaan Pojok ASI sebagai salah satu kriteria penilaian prestasi perusahaan.

"Hal ini perlu agar pabrik yang memiliki banyak pekerja perempuan, menyediakan ruang dan memberi kesempatan pekerja perempuan mengeluarkan ASI, setidaknya dua kali 15 menit selama jam kerja," tuturnya.

Selain itu, Kantor Menneg PP juga mengadvokasi departemen lain untuk menyediakan Pojok ASI di lingkungannya. Namun, sampai saat ini belum banyak mendapat sambutan. (atk)

Sumber: Kompas, 12 Agustus 2000

Pekan ASI Sedunia 2007: Hak Bayi untuk Menyusui Agar Dipenuhi

Ibu Negara hari Senin (27/8) pagi menghadiri acara puncak peringatan Pekan ASI Se Dunia 2007, di Istana Negara. Menyusu satu jam pertama kehidupan, dilanjutkan dengan menyusu eksklusif 6 bulan, dapat menyelamatkan lebih dari satu juta bayi.

Jakarta
: Ibu Negara Ani Yudhoyono, Senin (27/8) pagi menghadiri acara puncak peringatan Pekan ASI Se Dunia 2007, di Istana Negara. Pada acara ini juga diadakan dialog dengan dua pasangan suami istri (Pasutri) yang merasakan manfaat ASI (air susu ibu bagi bayinya. Ibu Negara menghimbau, hak bayi untuk disusui ibunya dalam satu jam pertama setelah kelahiran, agar penuhi.

Menurut Ibu Negara, anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan YME, yang harus kita jaga keberadaannya. Sebab dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. "ASI merupakan hak anak untuk kelangsungan hidup bayi dan tumbuh kembang secara optimal. Merupakan kewajiban bagi seorang ibu untuk menyusui anaknya. Pemberian ASI juga dapat membentuk perkembangan intelegensia, rohani, dan perkembangan emosional. Karena selama disusui dalam dekapan ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu, dan mendapatkan kehangatan kasih sayang dan rasa aman, " kata Ibu Negara dalam sambutannya.

"Saya merasa sangat berbahagia karena semakin tingginya kesadaran ibu-ibu muda yang semakin sadar pentingnya ASI sebagai makanan terbaik bagi buah hati mereka yaitu anak-anak Indonesia. Anak adalah tunas bangsa, potensi generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis untuk menjamin kelangsungan dan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan, sesuai amanah UUD 1945. Mari memberi anak-anak kita yang terbaik, supaya kelak tumbuh menjadi manusia Indonesia, yang sehat, cerdas, berbudi pekerti luhur, dan berahlak mulia, " lanjut Ibu Ani.

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan life saving,karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. "Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkwalitas, "ujar Ibu Ani.

Sebelumnya, Meneg Pemberdayaan Perempuan Meuthia Hatta melaporkan,bahwa mengacu pada Millenium Development Goals (MDGs) , inisiasi menyusu dini yang dilanjutkan dengan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun , dapat membantu mempercepat pencapaian tujuan no 1, yaitu menghapus kemiskinan dan kelaparan. Selain itu, hilangnya kesempatan memperoleh ASI menyebabkan lebih dari lima juta anak balita menderita kurang gizi, dan sekitar 1,7 balita mengalaimi gizi buruk.

Pada acara Puncak ASI se Dunia 2007 yang bertema Menyusu Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan dengan Menyusu Eksklusif 6 Bulan , Menyelamatkan Lebih dari Satu Juta Bayi ini, Meneg Pemberdayaan Perempuan memberikan penghargaan Pin Emas kepada Ibu Negara sebagai Ibu Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak. Tampak pula hadir Menkes Siti Fadillah Soepari, Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia Dr.Gianfranco Rotigliano, Ketua Ikatan Bidan Indonesia Harni Kusno, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia Dr.M.Natsir Nugroho, Duta Unicef Ferry Salim, serta perwakilan LSM Internasional, dan LSM Peduli ASI.

Hak Bayi "Dirampok" Pengusaha Susu Formula

Sabtu, 23 Agustus, 2003 oleh: Gsianturi

Bila Seorang Ibu Menyusui Bayinya, Ia (bisa) Berhemat Rp 300.000/Bulan.

Gizi.net - Hak bayi untuk mendapatkan kesehatan dan gizi yang memadai "dirampok" informasi susu formula (SF) dan iming-iming oleh produsen makanan bayi. Akibatnya, pemberian SF pada bayi yang semestinya mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif menjadi gaya hidup saat ini. Berdasarkan survei tahun 1999, bayi di Indonesia rata-rata memperoleh ASI eksklusif 1,7 bulan.

Hal itu mengemuka dalam Semiloka Hasil Monitoring Pemasaran PASI di Indonesia tahun 2003 yang diselenggarakan Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI (BKPP-ASI Pusat), Kamis (21/8), di Jakarta.

Hadir sebagai pembicara Yeong Jookean dari International Baby Food Action Network (IBFAN), Ketua BKPP-PP ASI Pusat dr Dien Sanyoto Besar SpA, Direktur Pelayanan Medik dan Gigi Dasar Departemen Kesehatan dr Guntur Bambang SpM, serta Direktur Standarisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Ir Sri Irawati Susalit.

Yeong menilai, perdagangan susu bayi merupakan bisnis dengan keuntungan luar biasa. Setahun mencapai US$ 11 miliar. Padahal, bila seorang ibu menyusui bayi bisa menghemat uang sebesar Rp 300.000 setiap bulan. Selain itu dengan memberi ASI eksklusif selama enam bulan maka bayi cukup gizi. Secara global empat juta bayi meninggal pada bulan pertama. Dari jumlah itu 60 persen disebabkan kurang gizi.

Sayangnya, ujarnya, promosi produsen makanan bayi direncanakan sedemikian rupa untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Ini membuat pemasaran makanan pengganti ASI (PASI) tidak etis. Promosi yang menyesatkan membuat ibu menjadi percaya PASI lebih baik daripada ASI. Promosi juga gagal menjelaskan risiko yang muncul akibat penggunaan PASI yang salah.

Untuk mengatasi promosi yang menyesatkan itu disusun kode internasional tentang pemasaran PASI. World Health Assembly (WHA) pada 1981 menyebutkan, menyusui bayi harus dilindungi dan dipromosikan secara aktif di semua negara. Kemudian, WHA melakukan resolusi pada 1996 yang melarang suplai gratis PASI, tidak diperlukan SF lanjutan (tahun 1986), melarang sponsor pada tenaga kesehatan (1996).

"Indonesia mengadopsi WHA tahun 1981 tetapi tidak untuk resolusi berikutnya. Perangkat hukum di Malaysia dan negara lain lebih sederhana dibandingkan Indonesia, tetapi di Malaysia produsen PASI lebih mematuhi kode internasional. Kode internasional bukan konvensi yang ada sanksinya. Yang ada hanyalah sanksi moral bagi produsen PASI yang melanggar kode internasional," katanya.

Ajang Promosi
Pada kesempatan itu Dien memaparkan hasil monitoring pemasaran PASI di lima provinsi, yaitu DKI Jakarta, Depok (Jawa Barat), Surabaya dan Sidoarjo (Jawa Timur), Makassar, Gowa (Sulawesi Selatan), dan Solo (Jawa Tengah).

Monitoring dilakukan Maret sampai Juni 2003 oleh 22 pemantau. Monitoring merupakan survei kualitatif tentang ketaatan praktik promosi PASI terhadap Kode Internasional Pemasaran PASI beserta resolusi WHA yang terkait.

Ada 84 sarana pelayanan kesehatan (SPK) yang dimonitor, 79 tempat penjualan, 80 ibu yang diwawancarai, analisis label dan bahan komunikasi informasi edukasi (KIE). Hasil monitoring menunjukkan 16 perusahaan makanan bayi dan 15 perusahaan botol serta dot melanggar ketentuan.

Hampir semua SPK yang dimonitor menjadi tempat ajang promosi PASI. Bahan KIE, buklet, poster, kalender memuat logo perusahaan dan atau nama produk perusahaan. Selain itu, ujar Dien, ada produsen yang memberi hadiah untuk SPK berupa lemari es, televisi, lampu emergensi, uang tunai, papan nama di boks bayi.

Pemonitor juga menemukan ada ibu yang baru melahirkan menerima bahan promosi dari SPK. Tenaga kesehatan menerima hadiah misalnya Rp 20.000 untuk penggunaan susu tertentu untuk seorang bayi, sponsor untuk wisata, konferensi, hingga paket naik haji.

Di samping itu, ujar Dien, hampir semua SPK menerima suplai SF gratis, harga khusus atau harga normal secara teratur (1-2 bulan sekali). Ia menambahkan, beberapa label PASI masih berbahasa Inggris, Prancis. Bahan KIE dari berbagai perusahaan dipajang di semua SPK, di ruang bayi, ruang ibu maupun ruang tunggu klinik ibu dan bayi. Bahkan pada ruang menyusui.

"Perusahaan mencatat daftar nama, alamat, nomor telepon bayi baru lahir untuk memantau keberadaan si ibu dan bayi setelah meninggalkan rumah sakit. Bahkan beberapa perusahaan menyediakan layanan telepon bebas pulsa. Tidak itu saja, iklan di media cetak dan elektronik menyertakan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Marilah sadar atas ini semua. Maukah bayi-bayi kita menjadi botol semua?" kata Dien. (N-4)