Air Susu Ibu, 20 Kali Lebih Hebat

Dari kompas.com, artikel lama tentang kehebatan ASI. Silakan menyiimak :D


KOMPAS.com -  Pemberian ASI secara eksklusif dan optimal akan membuat bayi tumbuh sehat, kuat, dan cerdas. Bagaimana tidak? ASI mengandung 200 zat gizi dan memberikan kekebalan buat bayi 20 kali lipat.

Menurut Dr. Utami Rusli, Sp.A. MBA IBCLC, spesialis anak di RS St. Carolus Jakarta, di dalam ASI terkandung lebih dari 200 unsur zat yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi. Zat-zat itu antara lain putih telur, lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, hormon pertumbuhan, berbagai enzim, zat kekebalan, dan lain-lain.

Sayang sekali masih banyak orang yang tidak paham betul bahwa ASI memiliki nilai yang tiada tandingannya dibandingkan dengan susu formula atau makanan tambahan lain. Kenyataan ini mesti disosialisasikan secara lebih gencar dan terus-menerus.

Kelebihan ASI pertama-tama terletak pada kekhususannya. Susu kuda sangat cocok untuk bayi kuda, susu jerapah bagi bayi jerapah. Bayi manusia juga akan jauh lebih baik jika diberi susu yang paling cocok, yakni ASI, bukan susu hewan.

Karena itu, ASI sering kita kenal dengan sebutan ASI eksklusif (exclusive breast feeding). Selain khusus karena berasal dari spesies yang sama, yakni manusia, kandungan ASI bisa menyesuaikan kebutuhan bayi dengan perkembangan usianya.

ASI yang keluar saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 disebut kolostrum. ASI yang keluar di hari ke-7 sampai ke-10 atau ke-14 setelah kelahiran disebut ASI transisi. ASI yang keluar sesudah hari ke-14 kelahiran disebut ASI matang. Komposisi gizi ketiga jenis ASI tersebut masing-masing berbeda.

“Bahkan terdapat perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit,” tutur Ketua Pemasyarakatan Pemberian ASI Eksklusif RS St. Carolus Jakarta ini. Misalnya saja kandungan lemak pada ASI saat bayi berumur 3-5 hari adalah 1,85 g/dl. Pada saat usia bayi 15-18 hari, kandungan lemak itu menjadi 3,06 g/dl.

30 Menit Setelah Lahir
Pada hari pertama setelah melahirkan, kandungan gizi ASI sangat tinggi. Dr. Utami pun selalu menganjurkan agar selambatnya 30 menit atau setengah jam setelah lahir, bayi harus segera disusui ibunya. Pada saat itu susu ibu menghasilkan kolostrum, susu jolong, atau susu awal yang warnanya kekuningan dan encer.

Kolostrum ini kaya zat gizi dan antibodi yang berfungsi untuk melindungi bayi dari infeksi. Kolostrum akan muncul lagi 30 jam kemudian. Itu artinya kalau bayi tidak segera mendapat kolostrum pertama, dia kehilangan zat bergizi tinggi dari ibunya.

Walaupun bayi masih punya kesempatan untuk mendapatkannya, produksi kolostrum selanjutnya hanya 30 mililiter sehari. Itu artinya, kolostrum diproduksi hanya satu mililiter dalam satu jam.

Tentu saja ini sangat kurang. Padahal, kolostrum mengandung protein, mineral, serta vitamin A, E, dan B12. Bahkan kolostrum mengandung lebih sedikit lemak dan gula dibandingkan dengan ASI yang diproduksi pada hari-hari berikutnya.

Secara fungsional, kolostrum berperan membersihkan air empedu dan mucus (meconium) pada saluran pencernaan bayi. Ini sangat penting karena pada masa sesudah kelahiran, bayi sangat rentan terhadap infeksi dan lingkungan yang sangat baru baginya. Kolostrum juga akan menghilangkan rasa lapar pada bayi baru lahir tanpa harus disertai asupan gula atau susu formula.

Menurut Dr. Utami, ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremilk. Komposisinya berbeda dengan ASI yang keluar kemudian atau hindmilk. Foremilk lebih encer, mengandung protein tinggi dan karbohidrat rendah.

Sementara hindmilk mengandung karbohidrat tinggi, protein rendah, dan kandungan lemaknya 4-5 kali lebih banyak dibandingkan dengan foremilk. Hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi.

Warisan Zat Kebal
Selain mengenyangkan, kolostrum mengandung zat immunoglobulin atau kekebalan. Jenis protein yang bertugas memerangi infeksi dalam tubuh itu tidak dimiliki oleh susu hewan. Kandungan zat ini dalam kolostrum sekitar 10 hingga17 kali lebih banyak daripada di dalam ASI matang. Itu sebabkan bayi yang mendapat ASI secara optimal memiliki kekebalan tubuh 15 sampai 20 kali lebih baik.

Sebenarnya tubuh bayi sudah mulai membuat antibodi sendiri segera setelah dilahirkan. Namun, antibodi itu baru akan mencapai puncak kekuatannya pada usia bayi sembilan sampai 12 bulan.

Karena itu, ASI merupakan antibodi bantuan yang paling kuat bagi pertumbuhan awal si bayi. Terlebih lagi karena ASI ternyata mengandung berjuta-juta sel darah putih yang bermanfaat untuk membunuh kuman jahat dalam usus bayi.

Kandungan zat kekebalan ini benar-benar menakjubkan. Kekebalan tubuh ibu-ibu terhadap berbagai penyakit akan diturunkan pada bayinya lewat ASI. Seandainya ada seorang ibu mempunyai zat kekebalan terhadap lima penyakit, bayinya juga akan memperoleh warisan yang sama.

Efektivitas pemanfaatan ASI akan terasa sekali bila yang menyusui bayi itu adalah ibunya sendiri. Bila dua orang ibu melahirkan dan bayinya tertukar, ASI yang diberikan oleh keduanya tidak akan cocok walaupun tak memiliki efek samping pada bayi.  

Enam Bulan Pertama
Mengingat ASI adalah makanan yang paling cocok bagi bayi, WHO menganjurkan agar selama usia 0 sampai enam bulan bayi hanya diberi ASI sebagai menu utama dan satu-satunya. Anjuran ini sangat beralasan karena selain setipe dan memiliki zat kekebalan, kandungan ASI juga bisa mencerdaskan bayi.

Di dalam ASI terdapat taurine yang sangat penting dalam proses pembentukan sel-sel otak, sel-sel saraf, dan retina. Taurine adalah asam amino yang digunakan untuk membantu penyerapan lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. Taurine juga membantu mengatur detakan jantung, menstabilkan membran sel, dan memelihara kelangsungan sel-sel otak.

Selain itu, taurine juga mengandung lemak rantai panjang. Lemak inilah cikal bakal pembentuk Arachidonic Acid (ARA) atau asam linoleat (omega-6) dan Docosa Hexaenoic Acid (DHA) atau asam alfa-linolenat (omega-3). Kedua bahan ini diketahui amat berguna dalam perkembangan sistem saraf otak dan indra penglihatan. Dr. Utami menegaskan bahwa DHA dan ARA ini tidak terdapat dalam susu sapi atau susu hewan lain.

Walaupun dalam susu formula (susu sapi yang dibuat dengan tambahan bahan lain) dikatakan dilengkapi DHA dan ARA, penyerapan pencernaan bayi tidak akan optimal, hanya sekitar 20 persen. Padahal, DHA dan ARA yang terdapat dalam ASI bisa diserap oleh pencernaan bayi sebanyak 100 persen dengan bantuan enzim lipase.

Optimalnya penyerapan DHA dan ARA itu membuat perkembangan otak bayi semakin maksimal. Kecerdasannya akan terus meningkat, apalagi bila sampai usia 12 bulan ia masih diberi ASI, selain makanan tambahan lain yang bemanfaat.

Sehat Jiwa Raga
Manfaat ASI tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik. Efek pada kesehatan jiwa juga ada. Dr. Utami menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan bagian dari pendidikan anak. ASI tidak hanya mencerdaskan anak dari segi otak, tetapi juga hati dan spiritualitas.
Walaupun masih perlu penelitian lanjut terhadap kesimpulan itu, uraian sementara ini bisa membantu menjelaskan konsep tersebut. Saat berada dalam kandungan, bayi seolah berada dalam surga yang sungguh menyejukkan dan menenteramkan.

Air ketuban yang silih berganti karena selalu mengalami siklus bagaikan usapan lembut, rahim tempat bayi tidur melindunginya dari bahaya, detak jantung ibu bagaikan senandung merdu yang meninabobokan dia, dan napas ibu seolah ayunan yang menimangnya. Suasana ini benar-benar nyaman dan tiada duanya bagi bayi.

Sewaktu lahir, bayi benar-benar merasa terkejut dengan dunia yang lain sama sekali dengan yang ia rasakan sebelumnya. Banyak hal asing harus dihadapinya. Satu-satunya yang bisa dipercaya adalah sang ibu. Karena itu, menyusui menjadi terapi yang sangat tepat untuk mengembalikan suasana yang dirasakan bayi selama ada dalam kandungan.

Dekapan dan elusan lembut sang ibu saat menyusui membuat bayi merasa aman dan tenteram. Ketenteraman itu ikut mendukung pertumbuhan sang bayi dengan lebih baik.

“Apalagi bila sang ibu membacakan kata-kata bijak seperti dari kitab suci. Bayi akan semakin bertumbuh sesuai harapan sang ibu, menjadi anak baik dan saleh,” tutur Dr. Utami. @ Abd

Kita Perlu Ikut Menegakkan Kode Etik Pemasaran Sufor

Meskipun sudah ada aturan berupa kode etik pemasaran Sufor yang diterbitkan IBFAN tapi di lapangan pelanggaran masih saja terjadi. Mungkin pelanggaran-pelanggaran itu karena pihak RS tidak tahu aturannya. Beberapa waktu yang lalu, seorang user di Twitter, @dipaaa, melaporkan dalam tweetnya, ada Rumah Sakit yang memajang booth promosi susu formula (sufor) dalam sebuah acara seminar. Tweet ini langsung memicu pertanyaan dari beberapa user lain.

@dipaaa: "Kok di rumah sakit ini bisa ada susu formula buka booth???"
@dipaaa: "@housniati ini foto pertama.. Hayo di RS mana? pasti tau dong.. Ini RS tempat anak gue lahir.. - http://twitpic.com/2617v4"
@dipaaa: "Hmm... K.... RT @wulanwidodo: Brawijaya atau kemang dip? @dipaaa --> @gletitia: Di RS mana? ada susu formula buka booth???"

Beberapa hari kemudian (19/07/2010) pihak rumah sakit tampaknya mengetahui informasi yang berkembang di Twitter tersebut, dan memberikan klarifikasi melalui akun Twitternya, yang langsung mendapat respon positif pula.

@KMChospital: "RSIA Kemang Medical Care (KMC) memohon maaf atas kehadiran booth dari PT.Fontera & PT.Abbott diseminar Sabtu 17 juli 2010 #klarifikasiRSIAKMC" 
@KMChospital: "KMC tetap menjalankan misi sbg rumah sakit sayang ibu & anak yg mndukung pemberian ASI pd bayi hingga 2 thun #klarifikasiRSIAKMC"


Aturan memang dibuat untuk ditegakkan, tetapi tanpa pengawasan dari kita semua, aturan itu tidak akan banyak berguna. Sangat setuju dengan komentar seorang ibu penggiat ASI Eksklusif dan IMD, yang mengomentari @dipaaa, beberapa saat setelah mengetahui kritiknya mendapat respon positif dari pihak rumah sakit:

@housniati: "Makanya kita hrs berani bersuara ya kan pak? :D RT @dipaaa: Hebat kritik gue didengar RT @KMChospital: RSIA Kemang Medical Care mohon maaf"

Salut dengan pihak Rumah Sakit yang mengakui kesalahannya.

AIMI - IBCLC: Seminar 3 hari Mengenai ASI

IBCLC Indonesia bekerjasama dgn AIMI & didukung penuh jg oleh Perinasia mengadakan Seminar 3 hari mengenai ASI yg akan diselenggarakan pada:

Tanggal: 1, 2 & 25 Juli 2010
Tempat: the American Club
Jl. Brawijaya IV no 20. Kebayoran Baru. Jakarta Selatan.
Pukul: 08.00 - 17.00

Biaya: Rp 600.000,- /pax. Seluruh peserta acara ini akan mendapatkan poin CERPs sebesar 22 poin dan terbuka utk umum dan siapa pun yg tertarik pada ilmu laktasi.

Utk pendaftaran, silahkan hub Saudari Puti di puti@aimi-asi.org atau +62811911499.

TOPIK YANG AKAN DIBAHAS SELAMA 3 HARI:

  • Anatomi dan Fisiologi Laktasi
  • Komposisi dan Imunologi ASI
  • Konseling Kelompok Ibu Pendukung ASI: Pengalaman ibu dalam malah-masalah menyusui
  • Hipoglikemia Neonatal
  • Bank ASI
  • Koordinasi Nafas – Isap - Telan: Bagaimana yang normal
  • Penilaian Menyusui: Masalah Bayi
  • Masalah Menyusui: Penilaian Maternal
  • Pengasuhan Metoda Kanguru: Bayi Prematur Dan Aterm
  • Pengalaman dalam Melahirkan dan Pengaruhnya Terhadap Menyusu
  • 14 Hari Pertama: Manajemen Menyusui Normal
  • Menyusui dan Obat-obatan: Prinsip-prinsip dan Situasi yang Khusus
  • ASI-Eksklusif dan Pengenalan MP-ASI
  • Etika, Pasalah-masalah Legal dan Praktek Laktasi
  • Tumbuh dan Kembang Bayi: Masalah-masalah dalam Menyusui
  • Konseling Menyusui untuk Ibu dan Keluarga
  • Gizi Maternal: Pra-konsepsi, Hamil dan Menyusui
  • Posisi dan Perlekatan: Tarian Ibu-bayi
  • Mendukung Menyusui: 10 Langkah RSSB dan 7 hal upaya komunitas UNICEF
  • Laktogenesis dan Penundaan Laktogenesis
  • Menyusui Sedang Hamil dan Membantu Ibu Bekerja Untuk Meneruskan Menyusui
  • Kode Pemasaran WHO
  • Teknik dan Alat-alat Bantu Menyusui
  • Tidur Pada Bayi, SIDS: Kontroversi-kontroversi
  • HIV dan lain: Infeksi pada Bayi/Ibu dan Manajemen Menyusui
  • Kebijakan dalam Menyusui: Komunikasi Pentingnya Menyusui
  • Pelanggaran Kode dan Pemasaran SuFor
  • Tumbuh Kembang Bayi dan Balita: Bagaimana Hal ini Mempengaruhi Menyusui dan Pengenalan MP.ASI
  • Pengasuhan Biologis
  • Menyusui dalam Situasi Khusus: Sumbing, Anomali Kongenital, Bayi Sakit, Kembar
  • Isu Psikologi dan Sosiologi Maternal dan Bayi
  • + 4 sesi mengupas berbagai kasus, gambar serta cara mengatasinya.

ASI Bisa Menjadi Metode KB Alami

Sumber: female.kompas.com |  Jumat, 4/6/2010 | 16:58 WIB
 
KOMPAS.com - ASI tak hanya kaya nutrisi yang bermanfaat untuk bayi. Susu alami ini juga bisa menjadi metode KB, asalkan syaratnya terpenuhi. Yakni memberikan ASI eksklusif selama enam bulan penuh, dan ibu belum kembali haid dalam periode tersebut.

Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan berarti bayi hanya menerima ASI tanpa campuran asupan lainnya. Dengan begitu, ibu yang menyusui lebih intens, akan lebih lama untuk haid kembali. Jadi, kesempatan untuk hamil kembali akan semakin menipis karena ovum belum diproduksi kembali.

Lengkapnya di female.kompas.com

Seminar: Menyusui Meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan


Sentra Laktasi Indonesia [Selasi.net], mengadakan seminar sehari dalam rangka memperingati Hari Perempuan, bertajuk "Hak Ibu untuk Menjadi Pekerja, Hak Pekerja Perempuan untuk Menjadi Ibu dengan Kualitas Hidup yang Lebih Baik". Acara ini tidak dipungut biaya, alias GRATIS!

Acara akan diadakan pada:

Hari /Tanggal : Selasa, 23 Maret 20010
Tempat           : Financial Hall, Graha Niaga Lt. 2 – Jl. Jend. Sudirman Kav. 58 Jakarta
Agenda          :


09.30 - 10.00       Daftar ulang

10.00 - 10.15       Pembukaan oleh Ibu Linda Amalia Sari, S.IP
                            Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

10.15 - 11.15      Talkshow : DR. Dewi Motik Pramono, MSi.
                           Pengalaman menyusui mantan Ratu Luwes dan Top Model yang menjadi Ketua Umum KOWANI saat ini

11.15 - 12.45     Talkshow : Dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC, FABM
                           Menyusui Meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan : hak Ibu untuk menjadi Pekerja, hak Pekerja untuk menjadi Ibu dengan kualitas hidup yang lebih baik.

12.45 - 13.15     Sesi Tanya Jawab

13.15 - 13.45     Deklarasi Selebriti Indonesia Pendukung ASI - Sophie Navita Barata, SH

13.45 - 14.00     Penutup dan Doa


Untuk informasi dan konformasi kehadiran dapat menghubungi sentra laktasi indonesia di : 021-83795168 atau via email kami yang ini (pelatihan.selasi@gmail.com) dengan menyertakan nama, alamat, institusi dan nomor yang bisa dihubungi.

Demikian dan terimakasih

Sentra Laktasi Indonesia
Network For Breastfeeding Support
Jl. Tebet Utara 1F No. 12 - Jakarta 12820
telp/fax : 021-83795168

www.selasi.net

Sumber: email pribadi

Kepmenkes No 450/2004 Harus Diubah Jadi PP



Berita lama, tetapi patut diketahui bersama.

Gizi.net - Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No 450 tahun 2004 mengenai pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan pada bayi di Indonesia dinilai tidak efektif mendorong kampanye penggunaan ASI. Karena itu, Kepmenkes tersebut diharapkan dapat ditingkatkan menjadi peraturan pemerintah (PP).

Demikian salah satu kesimpulan acara Executive Forum Media Indonesia yang bertajuk Pelaksanaan Hukum ASI Eksklusif di kantor Media, kemarin.

Forum yang diisi dialog interaktif itu dipandu Pemimpin Redaksi Media Indonesia Andi Noya dan Agus Pambagio dari Visi Anak Bangsa. Hadir dalam diskusi interaktif itu organisasi perempuan yang peduli akan pemberian ASI eksklusif, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Asosiasi Perusahaan Makanan Bayi (APMB), IBI (Ikatan Bidan Indonesia), IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan instansi terkait seperti Departemen Kesehatan (Depkes).

Dalam sambutannya yang dibacakan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes Azrul Azwar, Menteri Kesehatan Achmad Sujudi mengatakan, pemenuhan hak bayi untuk mendapat ASI sebagai satu-satunya makanan terbaik pada enam bulan pertama kehidupan. Karena itu, harus didukung kewajiban ibu untuk menyusui dengan kasih sayang.

Menkes mengatakan untuk mendukung program ASI tersebut, Indonesia telah mengeluarkan sejumlah peraturan. Mulai dari Permenkes No 240 tahun 1985 tentang pendamping ASI, Kepmenkes No 237 tahun 1997 tentang pemasaran pendamping ASI dan Kepmenkes No 450 tahun 2004 tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi selama enam bulan.

Namun di lapangan, kata Azrul, Kepmenkes itu dalam implementasinya masih kurang efektif untuk mengatasi pelanggaran terhadap program kampanye ASI yang dilakukan produsen susu formula, dokter anak, bidan, perawat, dan rumah sakit. Pelanggarnya hanya dikenai sanksi administratif. ''Saya sepakat kalau Permenkes itu ditingkatkan menjadi PP atau undang-undang,'' jelasnya.

Soal waktu Permenkes menjadi PP, menurut Azrul, belum dapat memastikan. Sekarang perubahan itu masih dalam proses. Diakuinya, persoalan yang dihadapi sebenarnya bukan pada pangkal aturan semata. ''Ada problem di penegakan hukum dalam aturan yang sudah ada,'' terangnya.

Suara lantang disampaikan Ketua YLKI Indah Suksmaningsih. Dia mengatakan letak masalah yang signifikan berada di tangan pemerintah guna membenahi infrastruktur kesehatan terkait, juga efektivitas pelaksanaan hukum. ''Ini tidak semata soal aturan, tetapi soal etika'' katanya.

Sementara itu, mantan Ketua YLKI Tini Hadad sering menyaksikan terjadi pelanggaran yang dilakukan badan usaha terutama Kempenkes no 237 tahun 1997 tentang pemasaran pengganti ASI. Pelanggaran berupa pemberian susu gratis di pusat pelayanan dan penggunaan gambar bayi pada iklan susunya.

Tini menilai kampanye ASI memang telah berjalan, tetapi gaungnya kalah dibandingkan susu formula. Dia mengharap tenaga kesehatan tidak hanya memberi informasi tentang manfaat ASI eksklusif. Tetapi, tenaga kesehatan juga meyakinkan dan mendorong ibu-ibu untuk memberi ASI bagi bayinya.

Tini juga mengharap peraturan mengenai ASI tidak hanya memberi sanksi administratif, tetapi juga hukum. Sementara Indah mengkritik sejumlah donasi yang diberikan perusahaan susu kepada dokter anak yang menyelenggarakan seminar. Dia merasa yakin donasi itu akan memengaruhi dokter dalam mengampanyekan ASI.

Banyak tidak tahu

Sementara itu, dr Utami Rusli SpA yang dikenal gencar mengampanyekan ASI menilai bukan hanya ibu-ibu, dokter anak dan bidan pun banyak yang belum terlibat breast feeding campaign. ''Masih ada dokter dan tenaga kesehatan yang tidak tahu breast feeding science,'' katanya.

Sebagai Wakil dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), Utami mengatakan pihaknya mendukung 100% penggunaan ASI eksklusif enam bulan pertama. Namun, dia mengatakan, Indonesia sebenarnya bisa mencontoh apa yang telah dilakukan Malaysia yang membentuk semacam dewan dari pemerintah yang bertugas mengawasi pelaksanaan pemberian ASI. Jika terjadi pelanggaran, dewan itu akan memberi peringatan dan sanksi.

Dalam diskusi yang berlangsung hangat itu juga disebutkan bahwa pelanggaran juga melibatkan bidan-bidan. Bahkan, di sejumlah klinik bersalin, bidan yang mampu memenuhi target dari perusahaan susu akan mendapat bonus atau hadiah.

Wakil dari Ikatan Bidan Indonesia, Nuraini Majid mengatakan telah memiliki 80.000 anggota yang tersebar di 30 provinsi. Memang, katanya, bidan merupakan sosok yang sangat dekat dengan ibu melahirkan. Sehingga harapan tinggi program pemberian ASI eksklusif enam bulan berada di tangan para bidan.

Bidan-bidan memang mengetahui soal pemberian ASI. Namun, kata Nuraini, kadang bidan terutama di desa-desa, mereka sering menangani persalinan seorang diri. Biasanya bidan yang dipikirkan pertama bagaimana ibu bisa selamat saat bersalin.

Menurut Nuraini, bidan-bidan itu umumnya mencoba menasihati ibu yang bersalin untuk memberi ASI kepada bayinya dan mengerti manfaat kolostrum. Tetapi, persoalan tidak semudah itu. Sering kali seorang bidan di desa harus menghadapi masalah kultur dan sosial yang dipegang masyarakat setempat.

''Misalnya, bidan tidak bisa berbuat apa ketika bayi yang dilahirkan langsung diberi madu sama neneknya. Untuk itu bidan perlu mendapat bantuan, karena bidan tidak bisa bicara sendiri. Sampai bibirnya tipis pun belum tentu pendapatnya mengenai ASI diterima,'' katanya.

Sementara itu, APMB banyak mendapat hujan kritikan. Menanggapi suara miring, Ketua APMB Victor Ringoringo menyatakan bahwa pihaknya sangat mendukung pemberian ASI eksklusif enam bulan. Tetapi, dia meminta kesediaan pemerintah untuk dapat menyeluruh melihat persoalan termasuk dari segi bisnis. (Drd/YD/V-1)

Sumber: www.gizi.net Dokumen keputusan ini dapat diunduh dari sini.

(Informasi) IMD adalah Hak Asasi Bayi!

Kalau Anda menemui sumber-sumber informasi soal IMD dan ASI EKsklusif di internet, tapi Anda curiga karena informasinya harus melalui berbagai persyaratan dulu, saya sarankan sebaiknya Anda berhati-hati.

Selain blog ini, Anda bisa temui mungkin ratusan sumber info lain yang ada di internet, baik dalam bentuk blog, maupun web. Kalau Anda tertarik dengan miling list, ada salah satu miling list besar tentang ASI dan IMD, di milis asiforbaby yang menyediakan forum untuk bertanya dan saling bertukar pengalaman. Mungkin banyak lagi forum yang kami tidak tahu, tetapi juga punya semangat yang sama.

Untuk Anda para ayah dan ibu, jangan beranggapan bahwa informasi berbayar itu lebih kredibel. Milis, adalah salah satu sumber info yang sangat kaya pengalaman, dan di dalamnya juga ada para ahli yang ikut terlibat. Mereka melakukannya secara sukarela, dan semata-mata karena ini menyangkut kehidupan yang lebih baik.

Sekarang adalah era dimana media bukanlah lagi saluran komunikasi satu arah. Tidak ada lagi konsumen media, yang ada adalah prosumen, PRODUSEN dan KONSUMEN sekaligus. Kita sedang berada di era Media 2.0, dimana pengguna adalah juga sumber informasi. Kata kuncinya adalah Partisipasi.

Anda, saya, dan semua pengunjung adalah sumber informasi berharga. Kita adalah sumber informasi yang mungkin akan menyelamatkan banyak nyawa di masa depan. Berpartisipasilah!

*DISCLAIMER: Blog ini, dan juga halaman di FB, sama sekali tidak berafiliasi dengan kegiatan pengumpulan dana apapun. Blog ini kami dedikasikan untuk para calon ibu, dan para ibu muda, yang masih berkesempatan mempraktekkan IMD dan ASI EKsklusif, demi generasi baru yang lebih cerdas dan sehat.

Kompas: Kuncinya, Kepedulian Orangtua

Dari Kompas Cetak, ada artikel menarik menjelang Hari Gizi. Ditulis oleh Oleh LUKI AULIA, terbit hari Senin, 4 Januari 2010 | 03:19 WIB.

”Ayo ibu-ibu! Jangan tidur-tiduran saja di rumah. Tanam sayur-sayuran di kebun. Pisang setandan jangan dimakan sendiri ya,” begitu seruan Katherine Mera, kader posyandu dari Kecamatan Lasiola, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, yang memancing tawa dan tepuk tangan puluhan orang. luki aulia Senyum pun tersungging di bibir para juri di hadapan Mera, salah satu peserta lomba penyuluhan di acara ”Jambore Kader PKK dan Posyandu Kabupaten Belu” di halaman rumah dinas Bupati Belu, Desember lalu. Mendapat sambutan meriah, Katherine Mera lega dan tersenyum lebar.

Sesuai tema yang didapat, Khaterine Mera harus menyampaikan materi penyuluhan mengenai gizi. Meski dengan terbata-bata dan sesekali terdiam karena lupa, pesan yang disampaikan Mera jelas. Orangtua, terutama kaum ibu, harus peduli dan memerhatikan kebutuhan gizi untuk dirinya, terutama anaknya, dengan mengolah bahan pangan yang tersedia dengan sederhana, tetapi kreatif. Tidak perlu makanan berbahan mahal, seperti daging, ayam, atau telur, yang penting kandungan gizinya seimbang. Bisa saja memasak jagung, ubi, sayur bayam, dan sup dengan lauk tempe atau tahu.

Kepedulian orangtua menjadi faktor penentu kondisi gizi anak. Bahan makanan yang berlimpah di rumah tidak akan ada gunanya jika tidak diolah dengan baik oleh ibu atau anggota keluarga yang lain. Apabila ini terjadi, tak heran jika anak mengalami kekurangan gizi, bahkan gizi buruk. Apalagi jika anak hanya diberi makanan seadanya atau malah makanan ringan untuk menipu perut agar kenyang.

”Gizi buruk terjadi karena anak kurang perhatian dari orangtua. Anak telantar dan kebutuhan gizi tidak diperhatikan karena orangtua lebih sering di kebun. Bukan karena tidak ada makanan di rumah,” kata Rambu, bidan di Puskesmas Wedomu, Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.

Tidak sadar

Orangtua kerap tidak sadar anaknya kekurangan gizi karena, kata Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Belu Theresia MB Saik, anak yang kekurangan gizi masih bisa beraktivitas normal dan lincah sehingga mereka kemudian ditinggal ke kebun dan dititipkan kepada saudara, orangtua, atau mertua. ”Setiap ibu pasti ingin anaknya sehat, tetapi karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit dia harus ikut membantu mencari nafkah. Perhatian kepada anak jadi berkurang, termasuk bagaimana memasak dan memberi makan yang tepat,” kata Theresia.

Pola perilaku pemberian makan kepada anak, terutama pasca-ASI eksklusif 0-6 bulan, penting karena usia 2-3 tahun termasuk masa kritis rentan gizi buruk. Pada umumnya kondisi gizi anak usia 6 bulan hingga 1 tahun masih bagus, tetapi setelah berusia satu tahun biasanya banyak yang kekurangan gizi. ”Di atas 1 tahun biasanya ASI mulai kurang, sementara makanan tambahan tidak memadai asupan gizinya,” kata Theresia.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya yang berusia 8 bulan, Meriana (36) membuat bubur, sayur bayam, dan pisang sebagai makanan tambahan pendamping ASI. Pekerjaan suaminya yang serabutan tidak memungkinkan keluarga itu membeli telur, apalagi daging yang harganya di atas Rp 60.000 per kilogram. Untuk menyiasati kebutuhan gizi anaknya, Meriana menanam sayur-sayuran, ubi kayu, dan pisang di kebun.

Minim pemahaman

Tidak diolahnya bahan makanan dengan baik, menurut ahli nutrisi Unicef, Sonia Blaney, karena minimnya pemahaman jenis makanan bergizi berikut cara mengolahnya. Sonia menekankan tidak ada hubungan antara gizi buruk anak dan faktor ketersediaan pangan karena sepanjang tahun 2008 tidak dilaporkan gagal panen, kekurangan bahan pangan, atau bencana alam di NTT.

Kepala Bagian Kesehatan Unicef Anne Vincent menambahkan, penyebab gizi buruk sangat kompleks, bukan hanya masalah kekurangan pangan. Akses pada bahan pangan, pelayanan kesehatan, dan pola perilaku pemberian makanan yang bergizi ikut berpengaruh.

”Ketiadaan ibu yang memberikan ASI dan menyiapkan makanan pendamping ASI karena sibuk bekerja di kebun serta minimnya kesadaran menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga berpengaruh,” ujarnya.

Sayangnya, malnutrisi selama ini selalu diasosiasikan dengan tidak adanya makanan sehingga ketika terjadi malnutrisi, respons pemerintah setempat adalah meminta bantuan makanan. ”Dari temuan lapangan, anak kurang gizi meninggal bukan semata-mata meninggal karena kurang gizi, tetapi karena memang sudah sakit dan tidak ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan sehingga kondisinya makin buruk,” kata Anne.

Untuk mengurangi dan mengantisipasi gizi buruk, menurut ahli nutrisi Unicef Indonesia di NTT, Helena Seran Ndolu, metode yang digunakan tak bisa lagi hanya dengan penyuluhan, tetapi juga pendampingan sejak kehamilan, inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif 0-6 bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI.

”Kalau dengan penyuluhan saja, tidak akan ada perubahan perilaku. Ini perlu waktu. Tidak bisa cepat. Yang penting bidan atau tenaga kesehatan bisa sabar, tidak menyuruh-nyuruh, dan mau mendengar sekaligus menggali informasi dari masyarakat,” kata Helena.

Sumber co-pas:  Kuncinya, Kepedulian Orangtua