Mitos seputar IMD

Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk dapat meneteki.
Kecuali dalam situasi darurat, ibu yang baru melahirkan mampu meneteki bayinya segera. Memeluk dan meneteki bayi dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah ibu setelah melahirkan.

Bayi baru lahir tidak dapat menyusu sendiri.
Kalau belum melihat sendiri, tentu Anda tidak akan percaya bahwa bayi mampu melakukannya! Bayi memiliki naluri kuat mencari puting ibunya selama satu jam setelah lahir. Jika tidak segera menyusu, naluri ini akan terganggu sehingga akan muncul masalah dalam menyusui. Naluri bayi ini baru akan muncul kembali kurang lebih setelah 40 jam kemudian.

ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan.
Meskipun tidak terasa, kolostrum (ASI pertama), akan keluar langsung setelah kelahiran. Jumlahnya sedikit, tapi cukup untuk kebutuhan bayi. Pada saat belum banyak ASI yang tersedia, posisi perlekatan bayi harus sempurna sehingga bayi dapat mengeluarkan dan minum ASI dari payudara ibunya. Ketika perlekatan belum sempurna, bayi tidak dapat minum ASI pertama yang dihasilkan oleh ibunya.

Tidak ada gunanya meneteki bayi sejak kelahirannya.
Kolostrum adalah cairan yang kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi. Dengan menetek segera setelah lahir, bayi akan mendapat manfaat kolostrum. Selain itu bayi yang menetek langsung akan merangsang ASI cepat keluar.

Bayi harus dibungkus dan dihangatkan di bawah lampu selama dua jam setelah lahir.
Bayi bukan anak ayam. Kehangatan terbaik bagi bayi diperoleh melalui kontak kulit bayi ke kulit ibu, karena kehangatan tubuh ibu dapat menyesuaikan dengan kebutuhan bayi.
Kontak kulit bayi ke kulit ibu, membuat ASI semakin cepat keluar.

ASI pertama/kolostrum sangat sedikit, sehingga bayi lapar dan menangis.
ASI pertama memang sedikit, tapi cukup untuk memenuhi perut bayi yang hanya dapat diisi sebanyak 4 sendok teh. Bayi yang menangis belum tentu berarti lapar, karena masih banyak penyebab lain yang menyebabkan bayi menangis.

Bayi menangis, pasti karena lapar.
Bayi menangis bisa diakibatkan karena merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, merasa sakit, dan sebagainya. Belum tentu lapar. Itulah kenapa dalam satu jam pertama, bayi sebaiknya diletakkan dekat ibunya agar merasa aman dan tenang.

Bayi menangis karena lapar perlu diberi makanan atau minuman lain.
Jika bayi lapar, teteki lagi. Semakin sering meneteki tidak akan membuat bayi lapar, dan akan memperlancar produksi ASI. Makanan dan minuman selain ASI hanya akan membahayakan kesehatan pencernaan bayi, karena perut bayi belum siap untuk menerima dan mengolahnya.

Kolostrum/ASI pertama adalah susu basi/kotor.
Warna kuning kolostrum adalah tanda-tanda kan­dungan protein dalam ASI, bukan berarti kotor atau basi. Selain protein, kolostrum/ASI pertama juga kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi baru lahir.

ASI yang penting hanyalah cairan yang berwarna putih.
Kolostrum/ASI pertama (kekuningan/tidak berwarna) adalah ASI yang paling penting untuk memberikan kekebalan kepada bayi. ASI yang berwarna putih, kaya akan lemak, sangat penting untuk kebutuhan pertumbuhan bayi sampai berusia 6 bulan.

Bayi kedinginan sehingga perlu dibedong.
Bayi baru lahir memang mudah kedinginan, sehingga perlu dipeluk kontak kulit ke kulit, diberi topi, lalu ibu bersama bayi diselimuti. Bedong bayi terlalu ketat, akan membuatnya lebih kedinginan dapat meningkatkan resiko pneumonia serta infeksi saluran pernafasan akut lainnya akibat paru-paru bayi tidak dapat mengembang sempurna ketika ia bernafas.

Kurang tersedia tenaga kesehatan sehingga bayi tidak dapat dibiarkan menyusu sendiri. Suami atau anggota keluarga ibu dapat membantu Inisiasi Menyusu Dini.

Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya.
Sementara sibuk, ibu dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini. Lagipula, proses IMD dapat dibantu oleh suami atau anggota keluarga ibu.

Ibu harus dijahit sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya.
Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar, meskipun sementara dijahit, ibu tetap dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini.

Bayi perlu diberi suntikan vitamin K dan tetes mata segera setelah lahir.
Benar, tapi dapat ditunda selama 1 jam hingga bayi selesai menyusu awal.

Bayi harus segera dibersihkan se­telah lahir.
Bidan akan membersihkan seperlunya. Memandikan bayi sebaiknya ditunda hingga 6 jam agar tidak membuat bayi kedinginan.

Bayi harus ditimbang dan diukur setelah lahir.
Ditunda 1 jam tidak akan mengubah berat dan tinggi bayi.

Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya memberi kesempatan inisiasi menyusu dini pada bayi yang lahir dengan operasi caesar.
Mungkin, tapi adalah tugas orang tua untuk membela hak sang bayi. Tenaga kesehatan dapat diberi penjelasan, dan suami atau anggota keluarga dapat membujuk agar bayi dibiarkan untuk inisiasi menyusu dini.

Ibu belum bisa duduk/duduk miring untuk memberikan ASI.
Siapa yang mengharuskan duduk? Sambil ibu berba­ring, bayi dapat menyusu pada saat tengkurap di dada ibu.

Panduan memberi ASI Eksklusif dari Nakita

Ini dari tabloid Nakita online, sebuah panduan sederhana namun cukup membantu bagi Anda yang bekerja, dan perlu memerah ASI baik di rumah maupun di tempat kerja. Bagi Anda yang sibuk bekerja, tidak mustahil kok tetap memberi ASI Eksklusif bagi bayi Anda! Yang penting, niatnya memang sudah bulat, dan 'siap' untuk melakukan hal-hal berikut ini. Menurut web-nya, teknik ini sepengetahuan ahli laktasi dr. Utami Roesli, SpA., MBA., CIMI., IBCLC, Ketua Yayasan Sentra Laktasi Indonesia.

  1. Letakkan ibu jari di atas kalang payudara dan jari telunjuk serta jari tengah di bawah sekitar 2,5 ­3,8 cm di belakang puting susu membentuk huruf C. Anggaplah payudara sebagai jam, maka posisi/arah ibu jari berada pada jam 12, dua jari lain berada di posisi jam 6. Ibu jari dan jari telunjuk serta jari tengah saling berhadapan. Jari-jari diletakkan sedemikian rupa sehingga "gudang" ASI berada di bawahnya.
  2. Tekan lembut ke arah dada tanpa memindahkan posisi jari-jari tadi. Payudara yang besar dianjurkan untuk diangkat lebih dulu. Kemudian ditekan ke arah dada.
  3. Buatlah gerakan menggulung (roll) dengan arah ibu jari dan jari-jari ke depan untuk memerah ASI keluar dari gudang ASI yang terdapat di bawah kalang payudara di belakang puting susu. Jangan menggesekkan ibu jari dan jari-jari pada kulit karena akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri.
  4. Ulangi gerakan-gerakan tersebut (1,2,3) sampai aliran ASI berkurang. Kemudian pindahkan lokasi ibu jari ke arah jam 11 dan jari-jari ke arah jam 5, lakukan kembali gerakan memerah seperti tadi.
  5. Lakukan pada kedua payudara secara bergantian. Begitu tampak ASI memancar dari puting susu, itu berarti gerakan tersebut sudah benar dan berhasil menekan gudang ASI. Jangan lupa untuk meletakkan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperah.

Seluruh prosedur persiapan dan pemerahan dengan tangan membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit, meliputi:

- Massage, stroke, dan shake.
- Perah kedua payudara selama 5-7 menit tiap payudara.
- Massage, stroke dan shake.
- Perah kedua payudara selama 3-7 menit tiap payudara.
- Massage, stroke dan shake.
- Perah kedua payudara selama 2-3 menit tiap payudara.

Sebagai catatan, waktu yang dibutuhkan untuk memerah ASI di atas hanyalah patokan saja. Bila pasokan ASI sudah baik/banyak, patokan tersebut dapat diabaikan karena patokan waktu ini bermanfaat bila ASI hanya keluar sedikit atau bahkan belum keluar sama sekali. Yang justru harus diperhatikan adalah aliran ASI. Bila mulai berkurang alirannya segera ganti dengan memerah payudara berikutnya.

- Hilman Hilmansyah. Ilustrasi Dok. NAKITA

Selengkapnya, silakan buka web-nya Nakita disini. Disana dilengkapi juga dengan ilustrasi proses memerahnya. Selain mengenai memerah ASI, masih banyak materi yang mungkin membantu Anda yang berniat mempraktekkan ASI Eksklusif untuk buah hati Anda. Selamat menikmati!

Pranala Luar:
  1. Wiki - Asuh Indonesia - Teknik Marmet
  2. Marmet Technique - Manual Expression of Breastmilk

9 Masalah Menyusui

Nemu artikel menarik dari Kompas Cyber Media, yang bicara tentang masalah menyusui. Informasi ini menariknya dikompilasi dari data Klinik Laktasi di RS St. Carolus, Jakarta, tahun 2006. Artinya data ini benar-benar nyata, karena menjadi keluhan para ibu-ibu yang datang ke RS ini. Yang lebih menarik perhatian saya, peringkat pertama dari segala permasahalan itu adalah ASI Kurang! Tercatat 464 kasus yang mengeluhkan bahwa ASI-nya kurang. Dan sudah ketebak persoalan sebenarnya ada di psikologis ibu, yang sudah tersugesti bahwa ASI-nya memang kurang. Padahal faktanya tidak begitu. Bahkan Ibu dengan bayi kembar, sebenarnya tetap dapat menyusui bayinya dengan baik.

Silakan lihat selengkapnya disini.

Bayi baru lahir bisa bertahan 72 jam tanpa asupan

Ini artikel cukup lama, tapi sangat penting bagi ibu-ibu yang khawatir ketika merasa ASI-nya kurang atau tidak keluar sama sekali. Masalahnya, tidak ada penjelasan yang cukup mengenai "Kenapa bisa 72 jam?". Saya coba cari-cari, ketemunya malah The Rule of Three, yang sebenarnya berlaku untuk orang dewasa. Tidak ada catatan, apakah berlaku juga untuk bayi atau tidak.

Sementara di beberapa forum, banyak juga yang menyebutkan daya tahan bayi hanya 2 x 24 jam. Jadi mana yang bener ya? Dan apa penjelasan medisnya? Ada yang bisa bantu jelaskan?

-------------------------------------

Senin, 06 Agustus 2007 | Gaya Hidup

Setetes demi Kehidupan

Bayi bisa bertahan selama 72 jam tanpa makanan lain setelah dilahirkan.

Rina tidak pernah mengira bahwa menyusui merupakan tugas berat. Pikirnya, memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya sama saja dengan menyodorkan sebotol susu. Air langsung keluar dan si bayi pun dengan mudah menyedotnya. Air susunya memang mengucur deras, tapi rupanya ia tak tahu teknik menyusui. Itu ditambah dengan kecanggungannya karena si bayi tergolong mungil, yakni mempunyai berat 2,5 kilogram.

Di rumah mertua, tempat tinggalnya sementara, Rina makin merasa terpuruk karena mertuanya, yang semula mendukung usahanya untuk menyusui, sempat tergelak melihat putingnya yang nyaris tidak tampak. Ketegangan pun menyelimuti ibu baru ini. Setumpuk hambatan memang kerap menghadang para perempuan setelah melahirkan. Bahkan artis Maudy Koesnaedi pun merasa hatinya remuk redam ketika ASI-nya tak mengucur jua hingga hari keempat. Ia sempat tergoda memberikan susu formula. Untung niat itu bisa diurungkan.

Nah, bayangkan jika akhirnya para ibu muda memilih memberikan susu formula bagi si kecil karena serentetan masalah--terutama stres--yang berujung pada kemacetan produksi air susu. "Dengan 4,5 juta ibu menyusui di Indonesia, diperlukan triliunan rupiah untuk susu formula," ujar Prof Dr dr H Rulina Suradi, SpA, konsultan laktasi. Jadi bayangkan penghematan yang bisa dilakukan jika jutaan ibu tersebut memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

Tak hanya dari segi ekonomis, manfaat menyusui, bagi si ibu, juga segudang (lihat boks). Dari sebuah penelitian, kata Rulina, bahkan ASI ditemukan berpengaruh terhadap kesehatan mental anak. Anak-anak yang tidak mendapat ASI cenderung lebih perasa, tidak percaya kepada orang lain, dan lebih merasa bahwa dirinya kurang kasih sayang. Kalau masih mau diurut lagi manfaatnya, kita bisa membaca beragam manfaat ASI yang kerap didengungkan berulang-ulang, terutama kandungan primanya yang bermanfaat bagi kesehatan bayi.

Penelitian di Ghana mengungkapkan 16 persen kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian ASI sejak hari pertama bayi dilahirkan. Persentase tersebut naik menjadi 22 persen ketika ASI diberikan sejak satu jam pertama masa kelahiran. "Pemberian ASI sejak dini berarti memberi makanan bergizi, melindungi bayi terhadap penyakit yang mematikan, serta membantu pertumbuhan dan perkembangan anak," papar Ann M. Veneman, direktur eksekutif badan dunia untuk anak, pendidikan, dan makanan (UNICEF).

Badan dunia ini pun memperkirakan pemberian ASI eksklusif (6 bulan) dapat mencegah kematian 1,3 juta anak di bawah 5 tahun. Di Indonesia, hanya 8 persen ibu yang melakukannya dan cuma 4 persen bayi yang disusui ibunya dalam satu jam pertama setelah kelahirannya.

Rulina menyebutkan kandungan air susu setiap makhluk hidup berbeda-beda. Karena itu, ASI tidak bisa tergantikan dan disamakan dengan susu binatang apa pun. Ikan paus, kata dia, karena melahirkan dan hidup di udara dingin, air susunya mengandung lemak tinggi, yakni 50 persen. Pada ASI, kandungan lemaknya hanya 3,5 persen. Kelazimannya pun berlainan. Contohnya, kelinci hanya menyusui sekali sehari sehingga protein pada air susunya mencapai 12 persen. Bandingkan dengan manusia, ketika para ibunya menyusui setiap dua jam sekali sehingga kandungan proteinnya hanya 1 persen.

Bahkan, kata Rulina, ibu menyusui yang tengah hamil pun masih tetap boleh menyusui bayinya. Ia meminta ibu-ibu jangan buru-buru tergoda memberi susu formula jika dalam hitungan jam air susunya tak kunjung keluar. "Pada dasarnya bayi bisa bertahan selama 72 jam tanpa makanan lain setelah dilahirkan," ujarnya. Kondisi tersebut sudah menjadi mekanisme alami. "Jadi jangan khawatir bila hingga 12 jam ASI tidak keluar deras," ujarnya. Sebab, tetes-tetes ASI pertama-tama sudah lebih dari cukup buat si mungil. RITA NARISWARI


Dari Ibu untuk Ibu

1. Pemberian ASI bisa mendorong para ibu tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan.
2. Seiring dengan proses menyusui, akan keluar hormon yang bisa mempercepat pengecilan atau penciutan rahim.
3. Sudah kerap dikumandangkan bahwa pemberian ASI bisa menjadi cara program Keluarga Berencana alami yang sifatnya sementara.
4. Jangan lupa, dengan menyusui, risiko terkena kanker payudara dan ovarium pun lebih kecil.


Sumber: Prof Dr dr H Rulina Suradi, SpA

AIMI : Kembali ke ASI sebagai Nutrisi Terbaik untuk Bayi

Berikut ini adalah siaran pers dari AIMI, yang saya kutip langsung dari web-nya, aimi-asi.org.

SIARAN PERS

Ditengah maraknya berita mengenai bakteri Enterobacter Sakazakii yang mencemari berbagai produk susu formula dan makanan instan untuk bayi dan balita (yang hasil penelitiannya sebenar sudah dirampungkan oleh para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan dilaporkan kepada BPOM sejak tahun 2006), Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menyerukan ajakan untuk kembali ke Air Susu Ibu (ASI) sebagai satu-satunya sumber nutrisi yang terlengkap dan terbaik untuk bayi dan balita.

Ketua AIMI Mia Sutanto dalam siaran persnya mengatakan, bukti yang menguatkan pernyataan tersebut semakin tak terbantahkan. “Nutrisi dan kalori yang terkandung di dalam ASI sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, jadi tak perlu tambahan susu formula apapun” katanya di Jakarta, kemarin (26/2).

ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air garam dan gula yang semuanya sudah secara khusus dikomposisikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing bayi. Lebih lanjut Mia menjelaskan, ASI mengandung sel-sel hidup yang berperan sebagai zat anti infeksi dan imunitas alami untuk melindungi bayi dari berbagai ancaman penyakit. “Tentu sel-sel hidup ini tidak ada dalam produk susu formula.” katanya.

Oleh karena itu, “Bicara mengenai keunggulan ASI dibandingkan dengan susu formula sudah pasti sangat banyak, selain dari segi kandungan dan kecukupan nutrisi, kemudian faktor imunitas atau perlindungan tubuh, juga dari segi kedekatan ibu dan anak (bonding) yang tak akan tertandingi oleh apapun,” tambahnya.

Mia kemudian melanjutkan, AIMI akan secara konsisten terus menyerukan kepada seluruh ibu-ibu di Indonesia untuk kembali memberikan ASI kepada bayinya. “Jangan mempertaruhkan masa depan bayi-bayi Indonesia dengan tidak memberikan ASI, yang sudah terbukti merupakan makanan yang paling bagus, paling lengkap dan paling higienis untuk dikonsumsi oleh bayi.”

Memberikan ASI sebagai satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi, lanjut Mia, memang membutuhkan persiapan khusus sejak masa kehamilan. “Namun semua proses persiapan untuk memberikan ASI bisa dilakukan dengan mudah karena bekal utamanya hanyalah pengetahuan yang memadai dan pikiran positif dan niat si ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya serta dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar,” jelasnya.

Sesuai dengan rekomendasi WHO/UNICEF dan juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), untuk bayi harus diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama dan kemudian dilanjutkan dengan MPASI (makanan pendamping ASI) yang berkualitas. ASI diteruskan hingga 2 tahun atau lebih sesuai dengan keinginan ibu dan bayi.

Selanjutnya, karena ASI bisa memenuhi kebutuhan kalori sebesar 100% untuk bayi yang berusia 0-6 bulan, 70% untuk usia bayi 6-12 bulan dan 30% untuk usia anak diatas 12 bulan, maka pemberian susu tambahan setelah masa ASI Eksklusif juga tidak diperlukan. “Saat ini masih banyak ibu yang berpendapat bahwa setelah masa ASI Eksklusif pemberian susu formula untuk bayi diatas 6 bulan atau diatas 1 tahun menjadi kebutuhan wajib, padahal selama anak masih mendapatkan ASI hal tersebut tidak diperlukan,” tandasnya. Mia kemudian menambahkan bahwa, apabila karena sesuatu hal orangtua memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya, ada 3 hal yang perlu diingat, “Susu formula bukanlah produk yang steril, tidak ada satupun susu formula yang komposisi dan kualitasnya mendekati ASI, dan pemberian susu formula bukannya tanpa resiko,” tegasnya.

AIMI juga sangat menyayangkan pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari bahwa temuan IPB ini merupakan salah satu bentuk perang produk. “Sangat tidak pada tempatnya Menteri Kesehatan yang seharusnya menyikapi temuan ini dengan arif dan mencermatinya secara positif, malah mengeluarkan pernyataan prematur yang cenderung bersifat defensif dan memihak pada produsen susu formula dengan mendiskriditkan temuan tersebut,” tegas Mia. Seharusnya dalam kapasitasnya sebagai Menteri Kesehatan, tujuan utamanya adalah melindungi kepentingan masyarakat (bukan kepentingan pengusaha) dengan segera menindaklanjuti temuan tersebut dan selanjutnya mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mencegah timbulnya keresahan serta terjadinya kerugian yang lebih besar pada masyarakat. *******

Contact Person AIMI:

Mia Sutanto, Ketua
mia.sutanto@aimi-asi.orgThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it
HP: 0815 1000 2584

Yuyuk Andriati, Divisi Komunikasi
yeye@aimi-asi.orgThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it
HP: 0811 971509

Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)
Graha MDS Lt.3
Pusat Niaga Mas Fatmawati Blok B1/34
Jln. RS Fatmawati No. 39 Jakarta

www.aimi-asi.org


Lihat juga:

  1. Kembalilah ke ASI
  2. Antara Susu Ibu dan Susu Lembu

The Importance of Skin to Skin Contact (2)

Diterjemahkan dari artikel yang judulnya sama, dari Dr. Jack Newman yang dimuat di BCLAC Newsletter, Spring 2005.

Pada hari-hari pertama setelah kelahiran, Ibu memang tidak memproduksi banyak susu, tetapi yakinlah bahwa jumlah itu sudah cukup untuk si jabang bayi. Terkadang, meskipun ASI dipompa keluar dan tidak ada yang tampak mengalir, itu sama sekali bukan bukti bahwa ASI tidak ada/tidak cukup. Karenanya, posisi perlekatan yang benar akan sangat membantu bayi memperoleh ASI yang dibutuhkannya, dan itu memang tidak sebanyak yang dibayangkan orang dewasa.

Jika si bayi tidak melekat dengan benar pada payudara ibu, maka Ibu akan merasakan perih pada puting, dan si bayi tidak mendapatkan ASI yang ia butuhkan. Ini mengakibatkan proses menyusui menjadi lebih lama, artinya menambah panjang penderitaan ibu.

Sebagai kesimpulan, ada beberapa butir penting yang perlu dicatat mengenai manfaat kontak kulit ke kulit antara ibu dengan bayi:
• Lebih mudah untuk melekat pada payudara ibu
• Lebih mudah untuk melekat dengan benar
• Suhu bayi lebih normal dan stabil
• Kadar gula pada darah bayi lebih tinggi
• Lebih jarang menangis
• Lebih mudah untuk menyusui untuk jangka panjang (6 bulan - 2 tahun)

Tidak ada alasan yang cukup mendasar bagi sebagian besar bayi untuk tidak dapat melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibunya setelah lahir, paling tidak selama 1 jam pertama. Prosedur kelahiran seperti penimbangan bayi, bukan alasan untuk tidak melakukan kontak kulit ke kulit segera.

Bayi hanya perlu dikeringkan sekedarnya, dan langsung dittempatkan pada perut ibunya. Tak seorangpun yang boleh 'memaksa' bayi melakukan sesuatu, demikian pula tak seorangpun yang boleh 'membantu' bayi untuk menemukan puting ibunya sendiri. Hanya sang ibu, yang berhak memandu sang bayi menemukan putingnya untuk kemudian menyusu. Proses ini memang mutlak milik Ibu dan Bayi, orang lain di sekitar ibu (suami, nenek, bidan, atau dokter) hanya diperlukan untuk berjaga-jaga seandainya terjadi sesuatu yang membutuhkan pertolongan segera. Dan ini memang perlu, terutama jika sang ibu masih memerlukan perawatan medis.

Pemberian tetes mata dan penyuntikan Vitamin K dapat menunggu beberapa jam setelah proses kontak kulit ke kulit ini. Bahkan ibu yang melahirkan dengan proses caesar, kontak kulit ke kulit tetap dapat dilakukan, ketika si ibu sedang dijahit.

Seandainya pada saat kontak kulit ke kulit bayi gagal menemukan puting ibunya dalam 1-2 jam, proses ini tetap sangat berguna bagi bayi dan ibu. Jika hal ini terjadi, tidak perlu panik. Perlu banyak kesabaran dalam hal merawat bayi.

Salah satu mitos yang berbahaya adalah bayi harus disusui setiap tiga jam sekali. Bayi hanya perlu disusui jika menunjukkkan tanda-tanda bahwa ia memang membutuhkannya. Karenanya, sangat perlu mendekatkan bayi dengan ibunya, agar si ibu dengan cepat memahami tanda-tanda khusus dari bayi bahwa ia ingin menyusu.

Berpikir bahwa bayi harus disusui setiap 3 jam, atau berdasarkan jadwal tertentu, akan mengakibatkan bayi merasa 'dipaksa' untuk menyusu. Dalam keadaan tidak siap untuk menyusu, bayi akan cenderung menolak jika dipaksa menyusu. Penolakan ini akan semakin berbahaya, karena pada akhirnya bayi akan benar-benar menolak disusui dengan ASI.


(selesai)

The Importance of Skin to Skin Contact (1)

Diterjemahkan dari artikel yang judulnya sama, dari Dr. Jack Newman yang dimuat di BCLAC Newsletter, Spring 2005.

Telah banyak penelitian yang berhasil mengungkapkan bahwa ibu dan bayi harus disatukan, bersentuhan antara kulit bayi dengan kulit ibu, dalam kondisi bayi tidak dibungkus apapun. Proses kontak kulit ke kulit ini dilakukan segera setelah sang bayi lahir. Jika ini dilakukan, sang bayi tampak lebih bahagia, suhu tubuhnya lebih stabil dan normal, detak jantung dan irama nafasnya juga lebih beraturan dan stabil. Selain itu kandungan gula dalam darah bayi juga cenderung lebih baik.

Tidak hanya itu, kontak kulit ke kulit segera setelah bayi lahir juga memungkinkan kolonisasi bakteri yang tidak berbahaya dari tubuh ibu ke tubuh bayi. Ditambah dengan proses menyusu dini oleh si bayi, akan sangat bermanfaat bagi bayi untuk menghindari berbagai macam alergi. Kalau bayi ditempatkan pada inkubator, kulit dan usus bayi akan terinfeksi bakteri yang berbeda dengan bakteri dari kulit ibu.

Tidak hanya berlaku pada bayi yang normal, pada bayi-bayi prematur pun hal ini bisa dilakukan. Kontak kulit ke kulit dan metode kanguru, merupakan faktor penting yang dapat mengatasi situasi prematur si bayi. Bahkan jika si bayi harus mendapat pertolongan oksigen dari selang, bayi tetap dapat diberi sentuhan kulit ke kulit dengan ibunya. Dengan kontak kulit ke kulit, bayi prematur yang masih menggunakan selang dapat mengurangi ketergantungannya pada selang oksigen, dan meningkatkan stabilitas kondisi bayi.

Dari sisi menyusui, bayi yang mengalami kontak kulit ke kulit segera setelah dilahirkan paling tidak selama 1 jam, cenderung mampu menemukan sendiri puting ibunya, dan mengambil posisi menyusu dengan benar. Dengan catatan si ibu tidak sedang dalam perawatan medis yang mengharuskannya meminum berbagai obat-obat kimiawi. Bayi yang posisi mulutnya benar pada saat menyusu - diistilahkan sebagai perlekatan - akan mendapat air susu ibunya dengan lebih mudah.

Ketika produksi ASI si ibu berlimpah, bayi dapat memperoleh banyak susu meskipun posisi mulutnya pada areola dan puting ibu tidak sempurna. Tetapi hal ini cenderung berdampak buruk pada ibu, terutama kemungkinan terjadinya penyumbatan pada milk duct dan mastitis.

(bersambung)

Kembalilah ke ASI

Heboh seputar E. Sakazakii menyulut banyak pro dan kontra. Menkes sendiri memilih bereaksi seolah-olah kasus ini dilatarbelakangi oleh konspirasi antara IPB dengan produsen Susu Formula. Sementara IPB menolak mentah-mentah tuduhan itu. IPB sendiri mengklaim bahwa penelitian mereka dibiayai oleh pemerintah, karenanya mereka merasa berkewajiban mempertanggungjawabkan hasil penelitian mereka kepada publik.

Keluar dari kontroversi ini, sebenarnya pesan utama apa yang harus kita cermati? Saya tetap beranggapan bahwa hikmah dari semua ini adalah kembali ke ASI. Terlepas dari baik atau buruk, Susu Formula adalah produk yang diposisikan sebagai pengganti ASI, hanya jika ibu tidak memungkinkan secara medis untuk menyusui sendiri. Selain itu, tidak perlu khawatir bahwa ASI tidak bisa memenuhi segala kebutuhan bayi, terutama yang berumur 0-6 bulan.

Selain itu, sudah menjadi hak bayi untuk mendapatkan ASI. Dan menjadi kewajiban orang tua, dalam hal ini Ibu untuk menyusui anaknya. Dalam kondisi apapun, Ibu masih dapat menyusui anaknya dengan ASI, bahkan jika si ibu bekerja. Ibu masih dapat memerah ASI-nya, pagi sebelum bekerja, agar dapat dikonsumsi bayi selama ibu masih di kantor. ASI yang mampu bertahan 8 jam dalam kondisi normal, memungkinkan untuk diberikan kepada bayi, menggunakan sendok atau cangkir. Jangan gunakan botol susu, karena karakteristik puting Ibu tidak akan bisa digantikan oleh botol susu, secanggih apapun itu.

Susu Formula, selain terdiri dari susu sapi, juga memuat banyak unsur kimia yang tidak alami. Kandungan susu formula, meskipun tampak hebat melalui iklannya, sama sekali tidak akrab di perut bayi. Berbagai kandungan 'hebat' itu, sebenarnya hanya mencontek kandungan ASI. Tapi satu hal yang tak bisa dicontek, yaitu berbagai enzim yang sangat penting membantu perut bayi mencerna apa yang masuk ke dalamnya. Sehebabt apapun cairan yang masuk, tanpa enzim-enzim ini hanya akan menjadi sampah di perut bayi.

Berita dari Tempointeraktif, yang berjudul "Tingkat Ibu Menyusui Masih Rendah", menurut saya jauh lebih penting untuk dicermati. Saya akan memilih untuk mencurahkan tenaga dalam mengatasi itu, daripada menghabiskan energi untuk bicara soal konspirasi.

Namanya juga buatan manusia, selalu ada keterbatasan. Tidak ada yang sempurna, kecuali buatan Tuhan. ASI jelas Made by God, not made by corporate. Salam ASI!

Lihat juga:

  1. Tips menyusui untuk ibu bekerja
  2. ASI Eksklusif pada ibu yang bekerja
  3. Kumpulan Tips Menyusui


Update berita Susu Formula dari Liputan6.com:
  1. 29/02/2008 15:04 Susu
    Aksi Teatrikal Waspada Susu Formula Digelar
  2. 28/02/2008 13:25 Susu
    BPOM Jatim Gelar Razia Susu Formula
  3. 27/02/2008 13:45 Susu
    BPOM Tak Bisa Umumkan Merek Susu Tercemar

Update dari Indopos.co.id
IPB: Susu Berbakteri Sudah Tak ada Di Pasar - 1 Maret 2008
Depkes, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), serta IPB menyebutkan bahwa susu yang menjadi sampel penelitian tersebut saat ini sudah tak ada di pasar. "Sampel untuk penelitian itu diambil pada 2003. Jadi, sekarang sudah tidak ada di pasaran," tegas dosen MIPA IPB Sri Budiarti di Kantor Depkominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, kemarin (29/2).

AIMI Menggelar Aksi Damai "Kembali ke ASI" - 4 maret 2008
Yuk mariii kita tunjukkan kehebatan ASI dan kita tularkan semangat untuk kembali ke ASI ke banyak orang.. bergabung bersama Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dalam Aksi Damai AIMI "Kembali ke ASI"yang bakal diadakan di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta pada hari Minggu, 9 Maret 2008 pukul 8-10 pagi.

Daftar Produk Susu Formula yang Berbahaya
Kasus Sakazaki memang sudah masih bergulir, semoga kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI kian terbangun. itu harapan dari semua orang. karena Badan POM dan IPB tidak mau merinci produk apa saja yang terkontaminasi. maka akan lebih baik kita mengetahui beberapa produk yang pernah terkontaminasi di dunia. semoga membuka mata kita, bahwa memang susu formula tidak aman untuk bayi.