Hak ASI Bagi Bayi



Oleh: dr. Rusmawati, M.Kes, SpA*



Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling cocok bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Untuk bayi hingga usia enam bulan, ASI sudah mencukupi kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan antibodi yang tidak dimiliki susu formula merk apapun.

Kaitannya dengan ASI dalam mencegah datangnya berbagai penyakit, ASI memiliki antibodi yang berguna untuk membentengi bayi dari berbagai penyakit, contohnya diare akut, diare kronik, Necrotinng enterocolitic (NEC), infeksi saluran nafas, dan alergi di masa mendatang seperti asma dan dermatitis. Oleh karenanya bayi yang mengkonsumsi ASI lebih bagus ketahanan tubuhnya dibanding bayi yang menggunakan susu formula. Bayi yang mendapat susu formula sudah dikenalkan dengan protein asing sehingga jika terjadi ketidakcocokan akan menimbulkan alergi. Selain itu cara penyajian susu formula yang tidak benar juga mengandung resiko masuknya kuman yang berakibat pada sakitnya si bayi.

ASI sudah dianjurkan oleh Allah SWT lewat firman-Nya, “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui sempurna…” (Qs.Al Baqarah : 233). Tetapi walaupun begitu masih banyak ibu yang tidak memahami makna yang terkandung di dalamnya, sehingga pemberian ASI pada bayi kadangkala diabaikan.

Menurut penelitian, rata-rata ibu menyusui menggunakan ASI ekslusif hanya dalam waktu 20 hari saja, jarang sekali yang sampai enam bulan sesuai anjuran WHO dan pemerintah. Program untuk mengkampanyekan urgensi ASI ini salah satunya adalah Inisiasi Menyusui Dini, yaitu bayi yang baru lahir yang tidak ada kontra indikasi atau bayi yang sehat akan disusukan sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 30 – 60 menit. Hal ini merupakan periodisasi emas bagi kehidupan bayi. Bayi yang baru lahir tersebut tidak langsung ditimbang, tetapi dikeringkan kemudian ditempelkan ke perut ibunya untuk segera disusui dan didekap dengan hangat sehingga bayi dapat mencari sendiri puting ibunya untuk segera menghisap payudara ibunya. Walaupun kadang – kadang payudara itu tidak langsung mengeluarkan air susunya pada hari pertama kelahiran, tetapi hisapan bayi akan mempercepat produksi ASI, hisapan bayi itu juga akan membuat rahim berkontraksi sehingga mengurangi anemia dan pendarahan pada saat sesudah kelahiran.

Efek kasih sayang ASI pun jelas lebih baik, karena memperdekat rasa kasih sayang antara ibu dan bayi karena ia lebih tenteram berada disamping ibunya. Bayi akan langsung merasakan sentuhan halus kulit dan juga merasakan aroma khas ibunya. Dari sini otak dan sistem saraf bayi akan lebih berkembang dengan optimal.

Kita sangat menyayangkan jika doketr atau Rumah Sakit masih menghiasi ruangannya dengan susu formula, padahal itu sesuatu yang bertentangan dengan kampanye sadar ASI bagi ibu menyusui. Dan sesungguhnya ini merupakan penzhaliman terhadap hak bayi. Pemerintah dalam hal ini juga harus banyak memberikan promosi lewat media, Rumah Sakit dan Puskesmas agar para ibu menyadari betapa dasyatnya peran ASI bagi tumbuh kembang anak. Untuk para praktisi kesehatan juga harus memberikan pengertian pada si ibu sejak proses kehamilan.

Bagi ibu pekerja, harus dipahami sebetulnya ASI bisa disimpan. Caranya ASI diperas kemudian disimpan di kulkas yang bisa tahan 2 hari atau di freezer yang tahan hingga 2 bulan. Sehingga ketika bekerja, ibu tidak mengorbankan anaknya dengan mengkonsumsi susu formula. Selain itu di tempat-tempat kerja, seperti perusahaan swasta harusnya menyediakan fasilitas pojok laktasi untuk bayi yang menyusui sehingga ibu-ibu pekerja ada kesempatan untuk menyusui bayinya.***


Penulis adalah Penanggung Jawab PICU (Pediatric Intensive Care Unit) – NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RS PKU Muhammadiyah Solo