Diterjemahkan dari artikel yang judulnya sama, dari Dr. Jack Newman yang dimuat di BCLAC Newsletter, Spring 2005.
Pada hari-hari pertama setelah kelahiran, Ibu memang tidak memproduksi banyak susu, tetapi yakinlah bahwa jumlah itu sudah cukup untuk si jabang bayi. Terkadang, meskipun ASI dipompa keluar dan tidak ada yang tampak mengalir, itu sama sekali bukan bukti bahwa ASI tidak ada/tidak cukup. Karenanya, posisi perlekatan yang benar akan sangat membantu bayi memperoleh ASI yang dibutuhkannya, dan itu memang tidak sebanyak yang dibayangkan orang dewasa.
Jika si bayi tidak melekat dengan benar pada payudara ibu, maka Ibu akan merasakan perih pada puting, dan si bayi tidak mendapatkan ASI yang ia butuhkan. Ini mengakibatkan proses menyusui menjadi lebih lama, artinya menambah panjang penderitaan ibu.
Sebagai kesimpulan, ada beberapa butir penting yang perlu dicatat mengenai manfaat kontak kulit ke kulit antara ibu dengan bayi:
• Lebih mudah untuk melekat pada payudara ibu
• Lebih mudah untuk melekat dengan benar
• Suhu bayi lebih normal dan stabil
• Kadar gula pada darah bayi lebih tinggi
• Lebih jarang menangis
• Lebih mudah untuk menyusui untuk jangka panjang (6 bulan - 2 tahun)
Tidak ada alasan yang cukup mendasar bagi sebagian besar bayi untuk tidak dapat melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibunya setelah lahir, paling tidak selama 1 jam pertama. Prosedur kelahiran seperti penimbangan bayi, bukan alasan untuk tidak melakukan kontak kulit ke kulit segera.
Bayi hanya perlu dikeringkan sekedarnya, dan langsung dittempatkan pada perut ibunya. Tak seorangpun yang boleh 'memaksa' bayi melakukan sesuatu, demikian pula tak seorangpun yang boleh 'membantu' bayi untuk menemukan puting ibunya sendiri. Hanya sang ibu, yang berhak memandu sang bayi menemukan putingnya untuk kemudian menyusu. Proses ini memang mutlak milik Ibu dan Bayi, orang lain di sekitar ibu (suami, nenek, bidan, atau dokter) hanya diperlukan untuk berjaga-jaga seandainya terjadi sesuatu yang membutuhkan pertolongan segera. Dan ini memang perlu, terutama jika sang ibu masih memerlukan perawatan medis.
Pemberian tetes mata dan penyuntikan Vitamin K dapat menunggu beberapa jam setelah proses kontak kulit ke kulit ini. Bahkan ibu yang melahirkan dengan proses caesar, kontak kulit ke kulit tetap dapat dilakukan, ketika si ibu sedang dijahit.
Seandainya pada saat kontak kulit ke kulit bayi gagal menemukan puting ibunya dalam 1-2 jam, proses ini tetap sangat berguna bagi bayi dan ibu. Jika hal ini terjadi, tidak perlu panik. Perlu banyak kesabaran dalam hal merawat bayi.
Salah satu mitos yang berbahaya adalah bayi harus disusui setiap tiga jam sekali. Bayi hanya perlu disusui jika menunjukkkan tanda-tanda bahwa ia memang membutuhkannya. Karenanya, sangat perlu mendekatkan bayi dengan ibunya, agar si ibu dengan cepat memahami tanda-tanda khusus dari bayi bahwa ia ingin menyusu.
Berpikir bahwa bayi harus disusui setiap 3 jam, atau berdasarkan jadwal tertentu, akan mengakibatkan bayi merasa 'dipaksa' untuk menyusu. Dalam keadaan tidak siap untuk menyusu, bayi akan cenderung menolak jika dipaksa menyusu. Penolakan ini akan semakin berbahaya, karena pada akhirnya bayi akan benar-benar menolak disusui dengan ASI.
(selesai)
The Importance of Skin to Skin Contact (2)
2008-03-05T05:00:00+07:00
Rahadian P. Paramita
IMD|Menyusui|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)